Faktanya, investasi masih banyak yang berbasis sumber daya alam dan belum mendukung penuh transformasi ekonomi digital.
Bhima juga mencatat bahwa banyak investasi pabrik yang sebenarnya pergi ke negara-negara tetangga yang dianggap lebih ramah dan efisien.
Tantangan terbesar dalam meningkatkan daya saing Indonesia adalah korupsi yang masih merajalela.
Korupsi tidak hanya membuat biaya berusaha lebih mahal tetapi juga menghalangi investasi yang bersifat jangka panjang.
Masalah pengangguran juga menjadi fokus serius, dengan angka NEET (Not in Education, Employment, or Training) mencapai 9,9 juta orang usia muda di Indonesia.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) per Februari 2024 mencapai 4,82 persen, meskipun turun dibandingkan tahun sebelumnya.
Upaya pemerintah dalam menarik investasi diharapkan dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja dan memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat.
Meskipun demikian, pemerintah tetap optimis bahwa peningkatan daya saing akan membuka peluang baru bagi investasi asing yang dapat membawa teknologi dan lapangan kerja baru.
Dengan demikian, diharapkan dapat mengurangi pengangguran dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Peningkatan peringkat daya saing Indonesia bukanlah akhir dari perjalanan, tetapi awal dari upaya lebih lanjut dalam meningkatkan infrastruktur, memerangi korupsi, dan menarik investasi yang berkelanjutan.
Harapannya, dengan langkah-langkah yang tepat, Indonesia dapat terus melangkah maju menuju visi menjadi kekuatan ekonomi terkemuka di kawasan Asia. ***