Tanaman ini biasanya ditemukan di daerah dengan tanah yang sedikit basah, yang cocok untuk pertumbuhannya.
Menurut Ratna Puspitasari, Penyuluh Narkoba Ahli Pertama dari BNN Sumsel, kratom merupakan pohon perdu dengan tinggi mencapai sekitar 15 meter.
Batangnya lurus dan bercabang, memiliki bunga kuning yang berkelompok berbentuk bulat, serta daun hijau gelap mengkilap berbentuk bulat telur.
Masyarakat lokal di Kalimantan telah memanfaatkan daun kratom sejak awal abad ke-19 sebagai obat tradisional untuk mengatasi berbagai gangguan kesehatan.
Daun kratom sering dikunyah seperti "menyirih", diseduh seperti teh, atau dihisap seperti rokok.
Khasiat daun ini antara lain meningkatkan gairah kerja dan stamina, meredakan diare, lelah, nyeri otot, batuk, serta menurunkan tekanan darah tinggi.
Selain itu, kratom juga dipercaya dapat menambah energi, meredakan nyeri, mengatasi gangguan tidur, gangguan cemas dan depresi, serta berfungsi sebagai antidiabetes dan antimalaria.
Pada tahun 1863, kratom pertama kali digunakan sebagai pengganti opium oleh seorang Melayu di Malaysia.
Senyawa aktif mitraginin dalam kratom mampu menggantikan kecanduan opium, sehingga kratom digunakan sebagai obat pengganti kecanduan opium.
Baca Juga: 300 Personil Amankan Jakarta International Marathon 2024, Jalan Ditutup, Ini Daftarnya!
Dengan dosis yang tepat, kratom dapat meningkatkan toleransi terhadap opioid dan digunakan sebagai pengganti pengobatan kecanduan opioid.
Manfaat kesehatan yang ditawarkan oleh kratom menjadikannya komoditas ekspor yang menjanjikan, terutama ke negara-negara Amerika Serikat dan Eropa.
Di Kalimantan, kratom dianggap sebagai komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi.