HUKAMANEWS - Terhitung hingga bulan November ini, sudah kali ketiga, Ibu Eny, warga Kelurahan Sumurboto, Kecamatan Banyumanik Semarang, mengembangkan bibit nyamuk Wolbachia yang merupakan bantuan dari Pemerintah Kota Semarang. Bantuan ini disalurkan melalui masing - masing RT maupun RW setempat.
Dari wilayah ibu Eny sendiri, ada tiga peternak yang ditarget untuk mengembangkan nyamuk Wolbachia ini hingga mencapai 300 ekor nyamuk. Jumlah bibit sangat tergantung tingkat kepadatan dari lokasi pemukiman di Sumurboto.
"Kami masing - masing peternak diberi bibit berupa telur yang harus direndam dalam air bersih selama kurang lebih dua minggu lamanya," jelas Eny pada Selasa (21/11/2023) siang kepada Redaksi HUKAMANEWS menceritakan awal mula ikut program Nyamuk Wolbachia, via sambungan seluler.
Setelah kurang lebih 10 hari, nyamuk ini kita pantau, begitu mereka sudah lepas dari selongsongnya, maka siap untuk dilepas.
"Nyamuk yang beredar pastinya jumlahnya lebih banyak.Akan tetapi nyamuk yang datang ini jenisnya lebih banyak pejantan yang tidak ada bawaan virus DBD. Diharapkan bisa menekan populasi nyamuk aides aegypty pembawa virus DBD," tambah Eny.
Dua minggu sekali wilayah Sumurboto mendapatkan bantuan bibit nyamuk Wolbachia dari total 12 pemberian bibit.
"Sejauh mana keberhasilan nyamuk Wolbachia mampu menekan angka penyebaran virus DBD, kami belum bisa melakukan tolok ukurnya, mengingat musim hujan kan baru saja mulai turun di kota Semarang bulan November ini. Jadi belum bisa dilihat, baru nanti perkiraan bulan Desember," tambah Eny.
Namun Eny sebagai peternak nyamuk Wolbachia sama sekali tidak ragu dengan langkah yang ia ambil.
Beberapa kerabatnya yang kebetulan juga ahli di bidang kesehatan memberikan keyakinan tersebut, bahwa nyamuk ini tidak membawa mutasi genetik tertentu yang bisa berbahaya.
Seperti dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Mochamad Abdul Hakam sebelumnya, pihaknya menegaskan dampak dari pelepasan liaran nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia memang belum bisa langsung dirasakan.
"Dampak penurunan kasus baru bisa dirasakan minimal satu tahun setelah proses implementasi selesai," jelasnya.***