Institusi kepolisian, sebagai penegak hukum, berada di posisi strategis sekaligus rentan terhadap sorotan publik.
Setiap kebijakan, penanganan perkara, hingga penggunaan anggaran menjadi perhatian masyarakat luas.
Dengan memperkuat keterbukaan informasi, Polri berupaya menjembatani jarak antara institusi dan warga.
Transparansi memungkinkan masyarakat memahami proses, bukan hanya hasil.
Hal ini penting untuk mengurangi prasangka, hoaks, dan disinformasi yang kerap muncul di ruang digital.
Baca Juga: Presiden Prabowo Cabut Izin Perusahaan Perusak Hutan, Negara Kirim Sinyal Keras ke Pelaku PBPH Nakal
Pengalaman Lapangan: Perubahan Nyata dalam Akses Informasi
Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat mulai merasakan perubahan nyata dalam akses informasi kepolisian.
Permohonan informasi publik kini memiliki alur yang lebih jelas dan terstandarisasi.
Informasi dasar terkait kinerja, anggaran, dan kebijakan tersedia secara daring melalui portal resmi.
Media dan masyarakat sipil juga lebih mudah mendapatkan klarifikasi resmi dibandingkan sebelumnya.
Pengalaman ini menjadi bukti konkret bahwa keterbukaan informasi Polri bukan sekadar jargon kebijakan.
Tantangan Menjaga Predikat Informatif
Meski telah meraih peringkat pertama, tantangan ke depan justru semakin besar.
Predikat Informatif menuntut konsistensi jangka panjang, bukan hanya satu tahun penilaian.
Artikel Terkait
Mahfud MD Bongkar Titik Lemah Tersulit Polri: Reformasi 3 Bulan, Publik Diminta Ikut Mengawasi
Bukan Soal Pangkat atau Jabatan! Dedy Tabrani Ungkap Kunci Reformasi Polri Ada di Policing Bukan Police
Polri Serahkan Berkas Lisa Mariana ke Jaksa, Hasil DNA Ungkap Kebenaran di Balik Klaim Viral di Medsos
Presiden Prabowo Perintahkan Penambahan Petugas Haji dari TNI–Polri, Prioritaskan Ketahanan Fisik dan Pelayanan Jemaah 2026
Tak Pakai Lama! Presiden Prabowo Instruksikan TNI-Polri Backup Total dan Tambah Anggaran, Gerak Cepat Bantu Korban Bencana