HUKAMANEWS - Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Aceh memaksa Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) beradaptasi cepat. Kelangkaan bahan baku, gas, air bersih, hingga listrik membuat dapur-dapur gizi tak lagi bisa bekerja seperti biasa.
Kepala Regional SPPG Badan Gizi Nasional (BGN) Aceh, Mustafa Kamal, mengatakan para pengelola kini mengalihkan menu ke bahan pangan lokal. Langkah ini ditempuh karena pasokan bahan makanan utama sulit diperoleh pascabanjir.
“Kami sedang mengupayakan penggantian menu dengan bahan lokal yang masih tersedia,” kata Mustafa, Rabu (3/12/2025).
Bahan lokal yang dimaksud antara lain umbi-umbian, kacang-kacangan, tahu, tempe, serta ikan hasil budidaya kolam warga. Menurut Mustafa, komoditas tersebut masih relatif aman di beberapa wilayah, seperti Aceh Barat, Bireuen, dan Pidie.
Di sisi lain, persoalan energi juga menjadi tantangan besar. Pasokan gas untuk operasional dapur SPPG diperkirakan baru kembali normal dalam satu hingga dua bulan ke depan. Untuk mengisi kekosongan itu, SPPG menjajaki penggunaan briket batu bara sebagai alternatif bahan bakar.
“Kami sudah bertemu Dinas ESDM Aceh. Mereka menawarkan penggunaan briket batu bara sebagai solusi sementara,” ujar Mustafa.
Masalah tak berhenti di situ. Kelangkaan air bersih dan listrik yang belum stabil turut menghambat produksi makanan. Instalasi air minum rusak akibat banjir dan hingga kini belum sepenuhnya diperbaiki. Jaringan listrik pun masih kerap padam karena banyak fasilitas terendam.
Kondisi tersebut berdampak langsung pada operasional SPPG. Di Kabupaten Bireuen, sebanyak 19 SPPG terpaksa menghentikan kegiatan. Temuan ini diperoleh dari Tim Deputi Pemantauan dan Pengawasan (Tauwas) Badan Gizi Nasional yang turun langsung ke lapangan pada Selasa (2/12/2025).
Secara keseluruhan, terdapat 26 SPPG di Kabupaten Bireuen. Dua di antaranya tidak bisa beroperasi sejak awal karena terdampak langsung banjir. Wilayah yang paling parah terdampak berada di Kecamatan Jangka dan Peusangan.
Selama masa pemulihan, sebanyak 21 SPPG mengalihkan penerima manfaat program Makan Bergizi Gratis (MBG). Jika sebelumnya bantuan ditujukan bagi siswa sekolah, kini paket makanan disalurkan kepada masyarakat, terutama korban banjir, karena kegiatan belajar diliburkan.
Baca Juga: Atalia Gugat Cerai Ridwan Kamil, Sidang Perdana di PA Bandung Jadi Sorotan Publik
Penyaluran bantuan dilakukan secara bertahap. Pada 26 November 2025, sebanyak 62.826 paket dibagikan. Sehari kemudian, 30.261 paket disalurkan. Jumlah bantuan kembali meningkat pada 28 November dengan 37.180 paket, dan 38.668 paket pada 29 November.
Artikel Terkait
Update Tragedi Banjir Sumatera BNPB: Korban Tewas 883, 520 Masih Hilang, BNPB Ungkap Penyebab Memburuk
Tak Main-Main, TNI Turunkan 30 Ribu Prajurit, Operasi Kemanusiaan Terbesar di Lokasi Banjir Sumatera
Angka Korban Banjir Sumatera Naik Drastis, 995 Tewas dan 226 Hilang, Data Terbaru Ungkap Faktor Cuaca hingga Kerusakan Lingkungan