Usai ramai dikecam, Gus Elham akhirnya menyampaikan permintaan maaf terbuka. Ia mengaku menyesal dan berjanji memperbaiki diri.
“Saya menyadari kekeliruan saya dan berkomitmen untuk tidak mengulanginya,” ucapnya lirih dalam video klarifikasi.
Namun bagi publik, permintaan maaf itu belum cukup. Banyak yang menilai kasus ini harus menjadi momentum untuk mempertegas batas antara popularitas dan akhlak. Di era digital, dakwah bukan lagi sekadar ceramah, tapi juga soal tanggung jawab moral di ruang publik.
Gus Elham kini menjadi simbol paradoks dalam dunia dakwah modern: seorang pendakwah muda yang disanjung karena kepiawaian berbicara, namun tergelincir karena abai pada etika.
Popularitasnya membawa panggung, tapi juga menjeratnya dalam sorotan tajam publik — mengingatkan bahwa di hadapan jamaah dan dunia maya, setiap gerak bisa menjadi dakwah, atau justru dosa sosial.
