Apalagi, angka kerugian yang mencapai ratusan triliun bukan sekadar nominal, melainkan potret sistem pengawasan energi nasional yang masih memiliki celah koruptif.
Jika tidak dijelaskan secara gamblang, risiko hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem hukum akan semakin besar.
Kasus tata kelola minyak Pertamina bukan hanya soal angka kerugian, tetapi juga soal konsistensi, transparansi, dan kredibilitas hukum di Indonesia.
DPR dan pengamat publik menekankan pentingnya Kejagung tampil profesional dan akuntabel dalam setiap langkah penyelidikan.
Baca Juga: Honor Magic8 Pro Tantang iPhone 17 Pro di Pemotretan Malam, Siapa Raja Kamera Malam Sebenarnya?
Langkah korektif, seperti kolaborasi lintas lembaga dan penyampaian data yang jelas kepada publik, akan menjadi kunci untuk memulihkan kepercayaan.
Karena pada akhirnya, pemberantasan korupsi yang dipercaya publik adalah pondasi utama bagi sistem hukum yang berkeadilan.***
Artikel Terkait
BBM Masih Kosong di SPBU Swasta, Padahal Pertamina Sudah Kirim Kargo: Ada Apa?
Pertamina Patra Niaga Pastikan BBM Aman, Gandeng SPBU Swasta Jaga Pasokan Hingga Pelosok
Alasan Maju Mundur Kesepakatan SPBU Swasta dan Pertamina, VIVO dan BP-AKR Batalkan Pembelian Base Fuel
Harga BBM Pertamina Oktober 2025 Naik untuk Dex dan Dexlite, Ini Penjelasan dan Dampaknya
Etanol di BBM Pertamina Lebih Aman dan Ramah Mesin, Ini Penjelasan Ahli ITB