Dampak ekonomi dari program ini dirasakan hingga ke level masyarakat bawah.
Bukan hanya penyerapan hasil peternakan, tapi juga membuka lapangan kerja baru dan memberi kepastian pendapatan bagi warga yang sebelumnya hidup dari pekerjaan serabutan.
Menurut Sandi, kerja sama antara SPPG dan koperasi bisa jadi model pengembangan ekonomi lokal berbasis kebutuhan riil masyarakat.
“Sekarang warga yang tadinya petani serabutan bisa kerja tetap. Ekonomi warga juga ikut tumbuh. Program ini dampaknya nyata,” tambahnya.
Baca Juga: Layani Cangkok Sumsum Belakang, Angka Survival Rate Pasien RS Kariadi Semarang Naik
Cerita Sandi jadi bukti bahwa ketika program nasional dikelola dengan pendekatan kolaboratif, dampaknya bisa berlapis.
Anak-anak dapat gizi, peternak lokal bangkit, dan ekonomi masyarakat ikut terdongkrak.
Satu langkah kecil dari peternakan di Jatinangor, tapi efeknya bisa menyentuh ribuan keluarga Indonesia.***
Artikel Terkait
Ribuan Siswa di Wamena Tolak MBG Dihadang Aparat Polisi dengan Persenjataan Lengkap, Aksi Damai Berujung Ricuh
Ribuan Mahasiswa Tolak Hidup Jokowi Jadi Adili Jokowi, Ndasmu, Tolak MBG, Tolak Danantara, Kompak Kritisi Rezim Oligarki
Presiden Prabowo Tolong Perhatikan, Ribuan Pelajar di Papua Masih Lanjut Demo Tuntut Pendidikan Gratis, Bukan MBG
Skandal Anggaran MBG! Benarkah Rp8 Ribu Cukup untuk Makanan Bergizi Anak? KPK Mulai Selidiki
Ada Ulat di Menu MBG SMP Negeri 1 Semarang, Disdik Bilang Masih Bisa Ditolerir