Sementara itu, seluruh karya seni tersebut akan kembali ke Yogyakarta, tempat di mana ia akan memikirkan langkah berikutnya.
Semangat Yos untuk terus menyampaikan pesan melalui seni patut diapresiasi, mengingat tantangan yang dihadapinya bukanlah hal yang kecil.
Ia tetap yakin bahwa karya seninya memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Keberhasilan menjual tiga lukisan di tengah tantangan ini menjadi simbol bahwa seni, seperti kehidupan, selalu menemukan jalannya.
Bagi Yos, kegagalan pameran bukanlah akhir, melainkan awal baru untuk menceritakan kisah yang lebih besar melalui kanvasnya.
Kisah Yos Suprapto ini mengingatkan kita akan pentingnya dukungan terhadap seniman lokal.
Terlepas dari kendala yang ada, seni tetap menjadi medium yang kuat untuk menyampaikan pesan, menyentuh hati, dan membuka wawasan masyarakat.
Pameran Yos yang tertunda ini mungkin hanyalah jeda singkat sebelum karyanya kembali menginspirasi lebih banyak orang di masa depan.
Seni memiliki kekuatan untuk berbicara di saat kata-kata tak lagi cukup, dan Yos Suprapto adalah salah satu pembicara terbaiknya.***
Artikel Terkait
Bonnie Triyana Sentil Galeri Nasional Terkait Penutupan Pameran Yos Suprapto: Jangan-jangan Seni Jadi Korban Politik?
Lima Lukisan Yos Suprapto Dicekal, Telanjang dalam Seni Katanya! LBH menilai: Pelanggaran HAM
Yos Suprapto Beri Kritik Tajam untuk Fadli Zon: Tidak Paham Seni, Nggak Perlu Jadi Menteri Kebudayaan
Meradang Lukisannya Disebut Maki-maki Seseorang, Yos Suprapto Sebut Fadli Zon Tak Pantas Jadi Menteri Kebudayaan
Politikus Deddy Sitorus Sebut Dalang Aksi Bredel Lukisan Yos Suprapto Bukan Prabowo, Tapi Eks Presiden yang Tersinggung