“Kami memahami kekecewaan semua pihak. Penundaan ini diambil demi menjaga kualitas pengalaman pameran,” tulis Galeri Nasional.
Meski demikian, publik bertanya-tanya apakah "kendala teknis" yang dimaksud benar-benar bersifat teknis, atau sekadar upaya untuk meredam konflik internal yang mencuat ke permukaan.
Di tengah polemik ini, Yos Suprapto tetap berpegang teguh pada prinsip kebebasan berkarya. Menurutnya, seni adalah medium ekspresi tanpa sensor.
“Saya tidak akan membiarkan karya seni saya dipotong hanya demi kepentingan yang tak saya sepakati,” ujarnya.
Drama ini memunculkan diskusi luas di kalangan seniman dan pecinta seni. Apakah seni harus tunduk pada batasan yang ditentukan kurator? Ataukah seniman bebas berekspresi tanpa intervensi?
Yos kini membawa karya-karyanya kembali ke Yogyakarta, kota seni yang selalu menerima kebebasan berekspresi dengan tangan terbuka. Ia berencana mencari ruang lain yang lebih menghormati kebebasan berkarya.
Sementara itu, konflik ini menjadi pengingat bahwa seni adalah dunia kompleks dengan berbagai kepentingan yang saling bertabrakan. Publik hanya bisa berharap, apa yang terjadi menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar seni terus hidup dalam kebebasan dan keberagaman.***
Artikel Terkait
Lukisan Yos Suprapto yang Penuh Kritikan ke Rezim Jokowi dan Antek-anteknya Dibatalkan Galeri Nasional Indonesia
Tolak Permintaan Galeri Nasional Turunkan Lima Lukisan yang Penuh Kritik ke Jokowi, Pelukis Yos Suprapto Pilih Boyong Semua Lukisannya Balik ke Yogya
Dibredelnya Lukisan Yos Suprapto Disebut Anies Baswedan, Seberapa pun Seni Dilarang, Ia Akan Selalu Menemukan Jalannya
Ramai-ramai Warganet di Platform X Blokir Jokowi, Gerakan Massal Hentikan Jokowi yang Masih Anggap Dirinya "Presiden"
Reaksi Marah Mayor Teddy Saat Tahu Presiden Turki Erdogan Walkout, Padahal Presiden Prabowo Baru Mulai Pidato