Data penjualan ritel AS yang naik dari 0,5% menjadi 0,7% pada November 2024 menunjukkan ekonomi AS masih kuat.
Hal ini menambah ekspektasi bahwa The Fed mungkin tidak akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat, sehingga membantu penguatan Dolar AS.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa BI berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
Langkah-langkah yang diambil antara lain intervensi pasar, pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder, dan penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Namun, pasar tetap waspada. Investor menantikan hasil pertemuan The Fed dan keputusan suku bunga acuan BI.
Kedua faktor ini akan mempengaruhi pergerakan Rupiah ke depan.
Situasi ini menjadi pengingat bahwa stabilitas ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal, tetapi juga oleh dinamika internal.
Transparansi dan integritas lembaga keuangan menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan pasar.
Bagaimana perkembangan selanjutnya? Kita tunggu bersama.***
Artikel Terkait
KPK Usut Dugaan Korupsi CSR BI dan OJK, Siapa yang Akan Dijerat?
Uang Rp10 Ribu Tahun Emisi 2005 Akan Ditarik dari Peredaran, Bagi Masyarakat yang Masih Simpan Tak Bisa Tukar ke BI
Pensiun Dini PLTU Batubara di Indonesia Bisa Cegah 182 Kematian Akibat Polusi dan Hemat Anggaran Triliunan Rupiah
KPK Geledah Kantor Bank Indonesia: Ada Apa dengan Dana CSR BI?
BI Hormati Proses Hukum Dugaan Korupsi Dana CSR, Dukung KPK dan Jaga Stabilitas Ekonomi Indonesia