RUU Larangan Konsumsi Daging Anjing Ditolak, Aktivis DMFI Serbu DPR: Tak Masuk Akal!

HUKAMANEWS – Penolakan DPR terhadap RUU Pelarangan Kekerasan terhadap Hewan Domestik serta Perdagangan Daging Anjing dan Kucing memicu gelombang protes.

Kamis 21 November 2024, para aktivis dari Dog Meat Free Indonesia (DMFI) mendatangi Gedung DPR RI untuk menyuarakan kekecewaan mereka.

Sikap ini menyusul pernyataan anggota Badan Legislasi DPR, Firman Soebagyo, yang menyebut bahwa RUU tersebut "tidak penting."

Baca Juga: Rekening Bank Jadi Sasaran Utama Pemberantasan Judi Online, dari 651 Rekening Diblokir, BCA paling Banyak!

Karin Franken, Koordinator DMFI sekaligus perwakilan JAAN Domestic Indonesia, menilai pernyataan tersebut tak logis.

"Bagaimana mungkin melindungi pedagang dan pemakan daging anjing dianggap lebih penting dibanding perlindungan hewan? Jumlah pemakan anjing di Indonesia hanya 4,5 persen dari total penduduk. Sementara, 95 persen masyarakat yang kami survei mendukung larangan ini," tegasnya.

DMFI mengklaim bahwa mayoritas masyarakat Indonesia menginginkan penghentian perdagangan daging anjing.

Baca Juga: Prabowo Subianto Ketemu Larry the Cat, Momen Santai di Tengah Diplomasi Serius

Survei yang mereka lakukan menunjukkan bahwa 95 persen responden setuju jika larangan ini diberlakukan.

Data ini, menurut DMFI, menjadi dasar penting untuk mendorong RUU tersebut masuk dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas).

Namun, Adrian Hane, Manajer Hukum dan Advokasi DMFI, menduga ada ketakutan dari pihak DPR terhadap dampak politis jika RUU ini diloloskan.

Baca Juga: Bongkar Kantor Judol Berkedok Toko Kain di Bandung, Omzet Miliaran dengan Modus Keterlaluan!

"Kami sudah menyampaikan kajian yang lengkap, dari sosiologi, hukum, hingga medis. Bahkan, ada policy brief yang memperkuat urgensinya. Tapi tetap saja diremehkan," ungkap Adrian.

Perdagangan daging anjing tidak hanya menjadi isu perlindungan hewan, tetapi juga membawa risiko kesehatan masyarakat.

Menurut DMFI, konsumsi daging anjing dapat menjadi medium penyebaran penyakit berbahaya seperti rabies.