Kasus ini juga mengangkat isu tentang budaya senioritas yang masih kuat di beberapa institusi pendidikan di Indonesia.
Apakah tradisi senioritas sudah berubah menjadi sesuatu yang kontraproduktif?
Bagaimana institusi pendidikan dapat memastikan bahwa tradisi ini tidak menimbulkan lebih banyak korban?
Baca Juga: Solusi Menteri Luhut Untuk Cegah Polusi Udara Bersih: Pemerintah Siapkan Subsidi Bioetanol!
Menghadapi kasus tragis ini, ada beberapa langkah yang perlu dipertimbangkan oleh STIP dan institusi pendidikan serupa.
Pertama, peningkatan pengawasan dan penerapan kebijakan yang lebih ketat terhadap bullying atau kekerasan.
Kedua, pembinaan nilai dan etika harus menjadi prioritas agar tragedi serupa tidak terulang.
Penetapan TRS sebagai tersangka dalam kasus kematian Putu Satria Ananta Rastika membawa secercah harapan untuk keadilan, namun juga menyoroti masalah yang lebih dalam yang harus diatasi oleh dunia pendidikan di Indonesia.
Pembelajaran yang bisa diambil dari kejadian ini harus menjadi dasar untuk reformasi edukatif, sehingga institusi pendidikan tidak hanya menjadi tempat belajar ilmu, tapi juga pembentukan karakter dan keamanan bagi seluruh taruna dan siswa yang berada di dalamnya.
Kita semua berharap bahwa dari kejadian yang menyedihkan ini, ada langkah konkret yang diambil untuk menghindari perulangan tragedi serupa di masa depan.***
Artikel Terkait
Suara Kampus Makin Kencang, Mahasiswa Bakal Turun ke Jalan Merespon Adanya Paksaan Pilih Paslon Tertentu
Guru Besar Kampus Kritik Jokowi, Bahlil Membongkar Skenario Tersembunyi
Tanggapi Tudingan Bahlil Ada Skenario di Balik Kampus Bergerak, Anies Baswedan Minta Bahlil Fokus Pada Investasi Saja
Usut Tuntas Tragedi di STIP Jakarta, Kemenhub Beraksi Cepat Tangani Kekerasan Mahasiswa
Mahasiswa STIP Meninggal Dunia Akibat Dianiaya Senior di Kampus, Mengapa Kekerasan Masih Terjadi?