Kecewa, Partai Demokrat pun langsung mencabut dukungan untuk Anies Baswedan dan keluar dari Koalisi Perubahan yang telah dibangun bersama Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Ujang melihat ada beberapa pertimbangan lain SBY mendukung Prabowo di pilpres 2024. Pertama, Partai Demokrat ingin menaikkan elektabilitasnya dengan mendukung Prabowo, yang dalam sejumlah survei elektabilitas capres berada di posisi teratas.
Baca Juga: WADUH! TikTok Kena Denda Rp5,6 Triliun Gegara Langgar Privasi Pengguna Anak-Anak di Uni Eropa
Sementara, menurut Ujang, jika bergabung dengan PDIP, elektabilitas Partai Demokrat justru tidak akan naik. Sebab, Demokrat merupakan partai oposisi.
"Jika bergabung dengan partai pemerintah, tentu pendukung pasti akan kecewa. Kalau kecewa bisa menurunkan elektabilitas. Maka bergabung dengan koalisi Prabowo menjadi jalan tengah yang bisa diterima oleh Partai Demokrat," kata Ujang.
Faktor lainnya, ada kedekatan emosional antara SBY dengan Prabowo yang sama-sama keluarga besar tentara, sama-sama jenderal senior di TNI. Selain itu, kemungkinan lain, alasan Partai Demokrat mendukung Prabowo karena potensi menangnya lebih besar.
"Ketemulah satu rumah. SBY lebih nyaman ketika berkoalisi dengan Gerindra dan Prabowo," pungkas Ujang.***
Artikel Terkait
Korupsi, Penegakan Hukum, dan Indonesia Maju
Siapa Sebenarnya MAFIA HUKUM?
Prabowo Diprediksi Bakal ‘Auto Win’ di Pilpres 2024 Bila Bergandengan dengan Sosok Cawapres Ini
Hotel Hilton Berubah Nama Jadi Hotel Sultan, di Tengah Sengketa Hukum yang Sedang Berjalan