Gen Z Selamatkan Planet Bumi Dengan Cerita Fiksi

photo author
- Senin, 4 Desember 2023 | 10:41 WIB
Kegiatan membaca buku gratis di dalam Komunitas Bukit Buku, Semarang. (Elizabeth )
Kegiatan membaca buku gratis di dalam Komunitas Bukit Buku, Semarang. (Elizabeth )

HUKAMANEWS - Mengajak orang untuk membaca buku dengan mengajarkan masyarakat untuk buang sampah ditempatnya, itu sama - sama susahnya saat ini. Hal itu dilontarkan keras oleh Istiqbalul F. Asteja, sebagai Founder Komunitas Bukit Buku di Kota Semarang.

"Dengan fenomena inilah, kami kemudian bergerak mengembangkan gerakan menulis ini dengan isu - isu lingkungan , krisis alam," demikian ucap Istiqbalul, sapaan akrabnya dalam dialog "Emang Bisa Cerita Fiksi Menyelamatkan Planet Kita, di Kawasan Urban Farming Center, Semarang, pada tanggal 2 Desember 2023.

Lebih jauh pihaknya kemudian bercerita dengan program pengembangan ini , dari sebulan terakhir, Komunitas Bukit Buku berhasil mengumpulkan lebih dari 500 naskah fiksi.

Baca Juga: Darurat, 1.250 Bibit Pohon Ditanam Kembali di lereng Gunung Merbabu Pasca Terbakar

"Dari 500 naskah yang masuk sebulan ini, rata - rata 85 persen ya g menulis adalah anak - anak berpendidikan SMP dan SMA. Ternyata generasi Z atau Gen Z ini lebih kritis terhadap isu iklim dan lingkungan.Dari kegiatan ini terbitlah kumpulan cerpen iklim, berjudul Kisah Ganjil Pelaut, dicetak sebanyak 500 -700 eksemplar," tambahnya lebih jelas.

Menghadapi pertanyaan banyak orang tentang menulis, sebagai Founder Komunitas Bukit Buku, Istiqbalul menegaskan bahwa setiap cerita pasti memiliki kekuatan magis bagi si pembacanya.

"Sadar ga mitos yang diciptakan oleh penulis ini nyata dan dekat dengan alam. Contohnya mitos, Danyang, ia diciptakan untuk menjaga mata air atau sendang di sejumlah lokasi. Sangat berpengaruh sekali menulis ini kedepannya, walaupun efeknya sangat lama," sebut ya lagi.

Baca Juga: Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita, Slogan Apik Letjen TNI Purn Doni Monardo Sebelum Menghembuskan Nafas Terakhir

Mau bisa menulis cerita fiksi bertemakan iklim alam, cobalah mulai dengan membaca fiksi berjudul "Konferensi Musim Sejagad", dimulai dari cerita anak ini tentang tokoh - tokoh lingkungan dimunculkan. Dari cerita anak, kita akan dapat berimajinasi menulis lebih dalam dan unik lagi.

Sebagai komunitas, Bukit Buku mempunyai banyak program kegiatan. Mulai dari Bukit Pustaka yang mengakomodir kegiatan membaca ditempat. Bukit Temu yang didalamnya adalah temu antara penulis dan penerbit setiap sebulan sekali.Dan terakhir adalah Bukit Bunyi untuk mengaktualisasi menulis dan membaca puisi.

"Sasarannya adalah mereka yang tidak suka baca buku, mau baca dan akhirnya menulis," tutupnya.

Baca Juga: Inspirasi dari Rumah Batik Bojong Bata, Memberdayakan Disabilitas Tunanetra untuk Tetap Berkarya dan Berdaya

Bukit Pustaka terlihat diserbu oleh masyarakat yang tertarik membaca buku.Wati , warga Semarang Barat pun terlihat mengajak kedua anaknya untuk mendekat mengambil beberapa buku dan duduk membacanya.

"Kami tidak punya anggaran khusus untuk membeli.Kadang kami meminta kerabat kami yang masih memiliki buku cerita anak - anak, untuk diberikan. Luar biasa karena dengan mau membaca mereka berdua ini tidak lagi ketergantungan gadget dan HP," ceritanya.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Elizabeth Widowati

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X