HUKAMANEWS - Bulan puasa Ramadhan sebentar lagi.Namun masyarakat kota Semarang sudah bisa menikmati acara pasar Dugderan, yang menjadi event khas jelang bulan Ramadhan. Disini banyak menyediakan jajanan khas dan tak kalah menariknya ada berbagai permainan tradisional yang cukup unik.
Dugderan yang digelar Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang sudah dibuka sejak Senin, 17 Februari 2025.
Pasar Dugderan yang diadakan Pemkot Semarang menampung hingga seratusan pedagang memanjakan penggemar kuliner. Selain kuliner, ada pula pernak-pernik unik hingga ragam hiburan yang bisa dinikmati pengunjung.
Baca Juga: Usai Lagunya Viral Bayar, Bayar, Bayar Polisi, Kapolri Ajak Band Sukatani Jadi Duta Polri
Lokasi Pasar Dugderan digelar di sepanjang Jalan Agus Salim, tepat di sisi utara Alun-alun Masjid Agung Kota Semarang.
Untuk ke sana, pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi bisa langsung menuju kantong parkir yang disediakan, di antaranya di Gedung parkir Masjid Agung Kauman, Parkir Basement SCJ Matahari, Parkir Basement Alun-alun Pasar Johar, dan Sepanjang Alun-alun Timur.
Pasar Dugderan umumnya digelar pagi hari hingga menjelang waktu Magrib. Untuk waktu Magrib di Semarang sendiri, pada bulan Februari 2025 tepat jatuh pukul 18.00 WIB lebih beberapa menit saja.Namun pengunjung juga bisa mendatangi Pasar Dugderan Semarang 2025 pada malam hari.
Baca Juga: Resmi Hadir! Samsung Galaxy A06 5G Bawa Fitur Baru, Tapi Bisa Kalahkan Infinix Note 50?
Pasar Dugderan Semarang 2025 buka sejak Senin, 17 Februari 2025 dan tutup hingga pada Rabu, 26 Februari 2025. Namun rangkaian Dugderan tidak hanya selesai sampai penutupan pasar saja.
Biasanya akan digelar pawai budaya serta acara puncaknya akan digelar kirab yang ditunggu-tunggu. Pasalnya, inti dari Dugderan ialah untuk mengumumkan dimulainya bulan Puasa di Semarang. Tradisi ini sudah berlangsung ribuan tahun tahun lamanya.
Tradisi dugderan tersebut sudah dimulai sekitar 1881. Dugderan digelar, karena saat itu untuk menyamakan perbedaan pendapat ihwal penentuan dimulainya Ramadhan.
Maka Bupati Semarang saat itu, Kanjeng Raden Mas Tumenggung Aryo Purboningrat mengambil inisiatif,i untuk menentukan dimulainya hari puasa Ramadan, yaitu setelah bedug Masjid Agung dan meriam bambu di halaman kabupaten dibunyikan masing-masing sebanyak tiga kali. Maka tradisi tersebut dikenal sebagai Dugderan, yang berasal dari bunyi bedug dan meriam.
Yang ditunggu-tunggu selama Dudgeran ialah munculnya maskot Warak Ngendog yang diarak selama festival. Warak Ngendog adalah binatang bertubuh kambing, berkepala naga, dan bersisik yang terbuat dari kertas warna-warni. Ada pula telur rebus atau dalam bahasa Jawa disebut endog.