global

Misteri Penembakan Diplomat RI di Peru, Investigasi Mengarah ke Sindikat Kriminal

Sabtu, 6 September 2025 | 19:00 WIB
Cetro Leonardo Purba, Diplomat KBRI Lima yang tewas ditembak saat bersepeda.

HUKAMANEWS — Duka mendalam menyelimuti Kementerian Luar Negeri (Kemlu) setelah salah satu diplomatnya, Zetro Leonardo Purba (40), tewas ditembak orang tak dikenal di Lima, Peru, Senin (1/9/2025) malam waktu setempat.

Zetro, Penata Kanselerai Muda di KBRI Lima, meninggal setelah ditembak dari jarak dekat saat pulang ke rumah bersama istrinya. Tragedi ini menambah daftar panjang ancaman keamanan yang membayangi para diplomat Indonesia di luar negeri.

Insiden itu terjadi di kawasan Distrik Lince, sekitar 1,5 kilometer dari gedung KBRI Lima. Saat itu, Zetro tengah mengayuh sepeda pulang kerja bersama istrinya. Beberapa meter menjelang rumah, seorang pria tak dikenal tiba-tiba mendekat dan melepaskan sejumlah tembakan ke arah Zetro.

Pelaku lantas melarikan diri dengan sepeda motor yang dikendarai rekannya. Zetro sempat dibawa ke Klinik Javier Prado, berjarak satu kilometer dari lokasi, namun nyawanya tak tertolong. Sang istri selamat dan kini berada dalam perlindungan Kemlu serta otoritas keamanan Peru.

Jenazah Zetro masih berada di Peru untuk keperluan autopsi sebelum dipulangkan ke Indonesia. Rencananya, sebelum disemayamkan di rumah duka di Ciputat, Tangerang Selatan, jenazah akan dibawa ke Kemlu di Jakarta Pusat untuk penghormatan terakhir.

Dugaan Pembunuh Bayaran

Kepolisian Peru mengindikasikan bahwa penembakan tersebut dilakukan pembunuh bayaran atau sicariato. Menteri Dalam Negeri Peru, Carlos Malaver, menegaskan bahwa tidak ada barang milik korban yang hilang.

“Tembakan diarahkan ke kepala. Mereka memang menunggu, tujuannya jelas untuk menghabisi nyawa korban,” ujarnya, melansir bbc.com.

Media lokal La Republica melaporkan, polisi menduga keterlibatan jaringan kriminal bernama “One Family” yang dipimpin seorang pria berjuluk El Chino. Kelompok ini dikenal terlibat dalam prostitusi, pemerasan, dan kontrak pembunuhan.

Dugaan ini mencuat setelah penyidik menemukan nomor telepon beberapa perempuan asal Venezuela dan Kolombia di ponsel Zetro.

Salah satu sumber kepolisian menengarai penembakan dipicu aksi balas dendam terkait kedekatan Zetro dengan seorang perempuan yang bekerja di daerah tersebut. Meski begitu, pihak kepolisian menegaskan bahwa Zetro tidak terlibat dalam praktik prostitusi.

Atas insiden ini, Presiden Peru Dina Boluarte segera menelepon Presiden Prabowo Subianto untuk menyampaikan belasungkawa dan berjanji melakukan investigasi menyeluruh. Menteri Luar Negeri Peru, Elmer Schialer, menyebut kasus ini menjadi ujian serius bagi citra negaranya.

“Ini adalah peringatan keras bahwa masalah utama di Peru adalah keamanan. Kasus ini pasti menjadi sorotan internasional,” ujarnya.

Sejak awal pekan, kepolisian dan kejaksaan Peru mengintensifkan penyelidikan dengan mengerahkan unit reserse kriminal. Pemerintah juga menjanjikan dukungan penuh kepada KBRI Lima untuk menjamin keselamatan staf diplomatik Indonesia di Peru.

Kriminalitas yang Meningkat

Meski tingkat pembunuhan Peru (6 per 100.000 penduduk pada 2024) masih lebih rendah dibanding Venezuela, Brasil, atau Kolombia, angka itu terus meningkat. Human Rights Watch (HRW) mencatat 562 pembunuhan terjadi hanya dalam tiga bulan pertama 2025, naik 20 persen dari tahun sebelumnya.

Halaman:

Tags

Terkini