Pasokan minyak global bisa terganggu, menyebabkan lonjakan harga minyak dunia secara drastis dalam waktu singkat.
Kondisi ini tentu akan memicu inflasi, tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di berbagai belahan dunia lainnya.
Namun, penutupan selat juga berisiko merugikan Iran sendiri, karena negara tersebut juga bergantung pada jalur ini untuk ekspor minyaknya yang terkena sanksi internasional.
Lebih jauh lagi, langkah ini bisa menarik negara-negara Teluk ke dalam konflik, terutama mereka yang merasa kepentingan ekonominya terancam.
China, sebagai pembeli utama minyak Iran, juga sangat berkepentingan dalam kestabilan jalur pelayaran ini.
Sekitar 90 persen ekspor minyak Iran dikirim ke China, dan penutupan Hormuz bisa mengganggu suplai energi ke negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, bahkan mendesak Beijing untuk turut menekan Iran agar tidak menutup selat tersebut.
Dalam wawancaranya di Fox News, Rubio menyebut bahwa jika Iran benar-benar menutup Hormuz, itu akan menjadi “bencana ekonomi bagi mereka sendiri”.
Beberapa laporan menunjukkan bahwa sejumlah kapal tanker super besar sudah mulai membalik arah dari jalur pelayaran strategis ini sejak serangan udara AS dilakukan.
Baca Juga: Gempuran AS ke Iran Bikin Dunia Tegang! Rusia China Korut Dikabarkan Siapkan Langkah Mengejutkan
Langkah ini menandakan kekhawatiran serius dari pelaku industri energi global akan potensi konflik yang berkepanjangan.
Sementara itu, media Iran Press TV melaporkan bahwa parlemen Iran telah menyetujui usulan untuk menutup Selat Hormuz sebagai bentuk respons atas tindakan militer AS.
Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan para pemimpin tertinggi Iran.
Menteri Luar Negeri Iran, Seyed Abbas Araghchi, menyebut bahwa keputusan Trump akan membawa “konsekuensi abadi”, menandakan bahwa Iran tidak akan tinggal diam.