Acara ini biasanya dihadiri oleh pemimpin dunia, perwakilan agama lain, dan tentu saja para kardinal serta diplomat dari seluruh dunia.
Setelah seremoni, agenda paus akan langsung padat.
Pertemuan dengan para kardinal, kepala negara, media internasional, dan diplomat akan menjadi momen penting untuk membentuk arah kepemimpinan awalnya.
Sebagai pemimpin baru, Leo XIV juga memiliki kewenangan untuk mengisi posisi kunci di Vatikan dan menetapkan agenda reformasi sesuai visi dan misinya.
Robert Prevost sendiri dikenal sebagai figur yang mengedepankan pendekatan misionaris dan sinodal, dua prinsip yang dianggap penting dalam menjembatani jurang antara kaum konservatif dan progresif dalam Gereja, khususnya di Amerika Serikat yang sedang mengalami polarisasi ideologis.
Baca Juga: Makna Asap Hitam dan Putih di Konklaf 2025, Tanda dari Langit tentang Paus Baru
Langkah awal yang juga dinanti adalah rencana perjalanan luar negeri perdana sang paus.
Biasanya, perjalanan ini memiliki nilai simbolik dan kemanusiaan yang kuat.
Paus Fransiskus, misalnya, memilih Lampedusa sebagai tujuan pertamanya pada tahun 2013 sebagai bentuk solidaritas dengan para pengungsi.
Tak menutup kemungkinan Paus Leo XIV juga akan memilih lokasi yang mencerminkan perhatian global, seperti wilayah konflik atau daerah terdampak krisis iklim.
Namun lebih dari itu, tantangan nyata menanti di berbagai lini.
Paus Leo XIV akan dihadapkan pada isu-isu yang selama ini menjadi sorotan Gereja Katolik secara global, seperti reformasi soal selibat imam, peran perempuan dalam gereja, skandal kekerasan seksual, hingga hubungan antaragama dan dialog lintas iman.
Belum lagi tantangan sosial yang lebih luas seperti ketimpangan ekonomi, krisis lingkungan, dan dinamika globalisasi.
Gaya kepemimpinannya pun mulai diamati.