"Saya Datang Sebagai Seorang Peziarah," ujar Paus Fransiskus saat memulai kunjungan bersejarah ke Irak.
"Mengingat panjangnya sejarah dan catatan kehadiran mereka yang tak terputus, yang dimulai sejak hari-hari awal itu, kehadiran Paus di tengah-tengah itu sangatlah penting," kata John Pontifex.
Pastor Boulos Thabet Habib, seorang pendeta Katolik Chaldean di desa Karemlash, melakukan perjalanan ke Mosul untuk berpartisipasi dalam doa di sana.
Paduan suara dari gerejanya, Mar Addai, bernyanyi dan sebuah salib yang ditempatkan di alun-alun terbuat dari kayu dari gerejanya dan gereja-gereja lain yang dibakar oleh ISIS.
Pendeta Thabet, demikian ia dikenal, mengatakan bahwa kunjungan Paus Fransiskus akan memberikan pengakuan atas karya gereja setempat, dalam membangun kembali masyarakat yang hancur dan gereja-gereja yang terbakar sejak ISIS dipukul mundur dari daerah tersebut.
Baca Juga: Hari Bumi Sedunia 2025, Momentum Aksi Nyata di Tengah Krisis Lingkungan Global
Sekitar setengah dari populasi telah kembali ke Karemlash, katanya.
Yang lainnya masih mengungsi di Baghdad atau di wilayah Kurdi di utara negara itu.
"Kami berharap semua keluarga yang tinggal di Kurdistan dan di Baghdad sebagai pengungsi akan segera kembali ke Karemlash," katanya, melihat kunjungan Paus sebagai sebuah dorongan.
"Kami berharap setelah kunjungan Paus, banyak dari mereka akan kembali."
Kunjungan Paus akan "mendorong rakyat Irak untuk menjadi saudara," katanya.
Paus Fransiskus memiliki satu hari tersisa dalam kunjungannya ke Irak, kunjungan pertama kepausan ke negara yang mayoritas Muslim itu.
Pada hari Sabtu, ia mengunjungi situs kuno Ur, yang diyakini sebagai tempat kelahiran Abraham, tempat ia menyampaikan pesan persatuan di antara berbagai agama.
Ia juga mengunjungi Ayatollah Ali al-Sistani, ulama Muslim Syiah terkemuka di Irak, di kota Najaf.
Paus akan menghadiri upacara perpisahan di Baghdad pada hari Senin sebelum kembali ke tanah air.***