Daryono juga membandingkan peristiwa ini dengan gempa dahsyat yang terjadi pada 1985 di Meksiko.
Saat itu, gempa dengan magnitudo 8,1 terjadi di zona subduksi Cocos, berjarak 350 km dari Mexico City.
Meskipun pusat gempa cukup jauh, kerusakan hebat tetap melanda ibu kota Meksiko akibat efek amplifikasi pada tanah lunak.
Sebanyak 9.500 orang meninggal dalam kejadian tersebut, dengan mayoritas korban berada di Mexico City yang dibangun di atas tanah reklamasi dari rawa.
Fenomena serupa berpotensi terjadi di kota-kota besar yang memiliki struktur geologi tertentu, seperti Bangkok.
Gempa Susulan dan Imbauan BMKG
Setelah gempa utama, BMKG mencatat adanya tiga gempa susulan dengan magnitudo terbesar M 6,6 dan terkecil M 4,6.
Hingga saat ini, pemantauan masih terus dilakukan untuk mengetahui dampak lebih lanjut dari aktivitas seismik ini.
Meski demikian, BMKG menegaskan bahwa gempa ini tidak memicu tsunami dan masyarakat diimbau untuk tetap tenang serta tidak terpancing informasi yang belum dapat dipertanggungjawabkan.
Baca Juga: Belum Ada Laporan Korban Jiwa dari Gempa Bumi Berkekuatan 7.7 Skala Richter yang Menghantam Thailand
"Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya," tambah Daryono.
Gempa bumi adalah fenomena alam yang tidak dapat diprediksi secara pasti, namun dengan pemahaman yang lebih baik terhadap mekanisme gempa dan mitigasi yang tepat, risiko dapat diminimalkan.
BMKG terus mengamati perkembangan seismik di kawasan Asia Tenggara guna memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu kepada masyarakat.***