Sementara itu, meskipun gencatan senjata di Gaza memberikan jeda dari konflik, situasi di wilayah Tepi Barat semakin memburuk.
Israel melanjutkan operasi militernya di Jenin hingga hari kesebelas, menyebabkan ribuan penduduk kamp pengungsi harus mengungsi kembali dalam waktu singkat.
Dujarric menekankan bahwa operasi militer di Jenin telah menyebabkan kehancuran luas terhadap infrastruktur dan rumah-rumah penduduk.
Lebih dari 20.000 warga dilaporkan telah meninggalkan kamp pengungsi mereka dalam kurun waktu dua bulan terakhir.
Konflik di Gaza sendiri telah berlangsung lebih dari 15 bulan dan menyebabkan kehancuran besar-besaran.
Baca Juga: Google Kena Skakmat! KPPU Gebuk Denda Rp202,5 Miliar, Gara-Gara Monopoli Play Store
Data terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 47.400 warga Palestina tewas akibat serangan Israel sejak Oktober 2023.
Perang yang tak kunjung berakhir ini mengubah Gaza menjadi puing-puing, dengan ribuan orang kehilangan rumah dan akses terhadap kebutuhan dasar.
Situasi semakin pelik setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dikabarkan memerintahkan eskalasi serangan di Tepi Barat.
Langkah ini diduga sebagai upaya meredam tekanan dari partai-partai sayap kanan yang menolak adanya gencatan senjata.
Baca Juga: Undip Masuk Rangking Keempat Webometrics Ranking of World Universities edisi Januari 2025
Sejak dimulainya perang di Gaza, setidaknya 890 warga Palestina di wilayah pendudukan dilaporkan tewas akibat serangan militer dan pemukim Israel.
Serangkaian tragedi ini menambah daftar panjang penderitaan rakyat Palestina yang terus berjuang untuk bertahan hidup di tengah ketidakpastian politik dan keamanan.
Masyarakat internasional kini menyoroti pentingnya intervensi lebih lanjut untuk mencegah eskalasi konflik dan memastikan pemulihan Gaza berjalan dengan baik.
Bantuan kemanusiaan menjadi aspek krusial dalam menghadapi dampak perang yang berkepanjangan.