Ia mengatakan mereka menemukan jasad-jasad itu di ruang bawah tanah, tetapi memilih untuk tidak melaporkannya karena takut akan pembalasan pemerintah.
"Kami tidak dapat memberi tahu rezim tentang hal itu karena kami tahu bahwa rezimlah yang melakukannya."
Pemerintah Assad, yang memerintah Suriah selama lebih dari dua dekade, menggunakan serangan udara di wilayah sipil, penyiksaan, eksekusi, dan pemenjaraan massal, untuk mempertahankan kendali atas Suriah.
Mereka juga menekan kelompok-kelompok oposisi selama perang saudara yang berlangsung selama 13 tahun di negara itu.
Baca Juga: Pemuncak Klasemen Liga Spanyol: Real Madrid Kemungkinan Besar Mampu Jaga Jarak dari Kejaran Atletico Madrid
Ammar al-Salmo, anggota Pertahanan Sipil lainnya yang dikirim ke lokasi ruang bawah tanah kedua, mengatakan penyelidikan lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi para korban.
"Kami membutuhkan kesaksian dari warga dan orang lain yang mungkin tahu siapa yang tetap tinggal saat pertempuran meningkat pada tahun 2013," katanya kepada AP.
Mohammad Shebat, yang tinggal di gedung kedua tempat mayat ditemukan, mengatakan dia meninggalkan lingkungan itu pada tahun 2012, dan kembali pada tahun 2020 ketika dia dan tetangganya menemukan mayat-mayat itu.
Ia menuntut agar mereka dipindahkan, namun tidak ada yang bekerja sama, katanya.
Shebat yakin para korban adalah warga sipil yang melarikan diri dari lingkungan Al-Assali di dekatnya saat pertempuran meningkat, dan pemerintah Assad memberlakukan pengepungan pada tahun 2013.
Dia mengatakan pasukan pemerintah sebelumnya biasa "menjebak orang-orang di ruang bawah tanah, membakar mereka dengan ban dan meninggalkan mayat mereka."
"Ada beberapa ruang bawah tanah seperti ini, penuh dengan kerangka," katanya.
Dalam laporan yang dirilis Senin, Komisi Penyelidikan Suriah Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa kuburan massal dapat digunakan sebagai bukti untuk mengungkap nasib ribuan tahanan yang hilang.***