HUKAMANEWS - Presiden Donald Trump baru saja membuat langkah kontroversial yang kembali menjadi sorotan dunia.
Ia menginstruksikan militer AS untuk mengirimkan bom seberat hampir satu ton ke Israel.
Keputusan ini membatalkan kebijakan mantan Presiden Joe Biden yang sempat menangguhkan pengiriman senjata tersebut.
Banyak pihak mempertanyakan langkah ini, mengingat potensi dampaknya pada krisis kemanusiaan di Gaza.
Baca Juga: Skandal Besar di Balik Kasus Harun Masiku, Mantan Penyidik KPK Tuntut Firli Bahuri Segera Diperiksa
Namun, Trump bersikeras bahwa Israel telah membayar bom itu dan menunggu terlalu lama. Ini menjadi babak baru dalam hubungan AS-Israel yang selalu panas.
Apakah langkah ini hanya demi mendukung sekutu lama, atau ada agenda tersembunyi di balik keputusan ini?
Yang pasti, dunia akan terus mengawasi setiap perkembangan terkait konflik berkepanjangan di Timur Tengah ini.
Dalam pernyataannya di atas Air Force One, Trump menegaskan bahwa pengiriman bom itu akhirnya dilanjutkan.
"Kami telah membebaskan mereka. Mereka akan memilikinya karena mereka sudah membayarnya," kata Trump dengan nada tegas pada Sabtu (25/1/2025).
Langkah ini sebenarnya tidak mengejutkan. Sejak masa kepemimpinannya, Trump dikenal sebagai pendukung setia Israel.
Di sisi lain, Biden sempat menahan pengiriman tersebut karena khawatir bom dengan daya ledak besar ini akan menimbulkan korban sipil di Gaza, khususnya di Rafah.
Bom seberat 2.000 pon yang dikirimkan memiliki kemampuan menembus beton tebal, menciptakan radius ledakan besar yang menghancurkan.
Keputusan Biden menahan pengiriman sebelumnya mendapat tekanan dari berbagai pihak, termasuk dari para pengunjuk rasa yang menuntut embargo senjata terhadap Israel.