Ironisnya, roda pendaratan pesawat tidak berfungsi, membuat pesawat kehilangan kendali saat menyentuh landasan pacu.
Saksi mata di bandara menggambarkan momen-momen horor itu.
"Saya melihat api dan asap membubung tinggi. Semua orang berteriak panik," ujar salah satu petugas bandara yang enggan disebutkan namanya.
Tim medis dan penyelamat bergerak cepat membawa korban ke rumah sakit terdekat. Namun, mayoritas penumpang tidak bisa diselamatkan.
Baca Juga: Skandal Judi Online Pegawai Komdigi, Seret Budi Arie ke Bareskrim, Ada Beking Besar di Balik Layar?
Tragedi ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga yang kehilangan orang tercinta.
Pihak maskapai Jeju Air hingga kini belum memberikan keterangan resmi terkait insiden tersebut.
Namun, investigasi dari otoritas penerbangan Korea Selatan terus berlangsung untuk memastikan penyebab utama kecelakaan.
Sementara itu, dukungan moral dan material terus mengalir untuk para korban selamat.
Pemerintah Korea Selatan menjanjikan bantuan medis terbaik untuk Lee dan Koo, serta pendampingan psikologis bagi keluarga korban.
Kecelakaan ini menjadi pengingat akan pentingnya keamanan penerbangan.
Pengelolaan risiko seperti tabrakan dengan burung dan sistem roda pendaratan perlu menjadi perhatian utama maskapai dan otoritas penerbangan.
Di balik tragedi ini, kisah Lee dan Koo menjadi simbol harapan. Mereka adalah bukti bahwa hidup dapat bertahan bahkan dalam kondisi paling sulit.
Kejadian ini meninggalkan pelajaran berharga bagi semua pihak. Meski luka fisik dan emosional akan butuh waktu untuk pulih, semangat untuk melangkah maju tetap harus dikobarkan.