Presiden Rusia Vladimir Putin: Amerika Sengaja Gunakan Dolar Sebagai Senjata Politik, Tinggalkan Dolar Sekarang Juga!

photo author
- Jumat, 25 Oktober 2024 | 21:07 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin sarankan negara yang tergabung di BRICS tak lagi gunakan dolar (Ist)
Presiden Rusia Vladimir Putin sarankan negara yang tergabung di BRICS tak lagi gunakan dolar (Ist)

HUKUMANEWS - Apa yang dikatakan Presiden Putin, bahwa Rusia tidak menolak atau melawan dolar.

"Kami tidak menolak atau melawan dolar, kami dilarang menggunakannya, jadi kami harus mencari alternatif"

Yang dimaksud Presiden Putin, "Kamu (Amerika) yang memulainya, aku akan menyelesaikannya"

Dalam pertemuan BRICS di Kazan Rusia, Presiden Rusia Vladimir Putin menyarankan negara-negara BRICS tak lagi menggunakan mata uang dolar AS sebagai alat pembayaran internasional.

Seruan Putin dinyatakannya dalam pertemuan dengan negara-negara BRICS.

Baca Juga: Speaker Home Theater Terbaik 2024, Bikin Nonton TV di Rumah Serasa Bioskop, Suara Dahsyat Bikin Betah Berlama-lama!

Dikutip dari The Guardian, Jumat (25/10), Putin menuding Amerika Serikat telah memperalat dolar AS sebagai senjata politik.

"Dolar digunakan sebagai senjata. Kami benar-benar melihat hal ini. Saya pikir ini adalah kesalahan besar yang dilakukan oleh mereka yang melakukan hal ini," ujar Putin dalam pertemuan di Kota Kazan, Rusia.

Putin menyebut, hampir 95 persen perdagangan antara Rusia dan China sekarang menggunakan mata uang rubel dan yuan.

Langkah untuk mendedolarisasi ekonomi dunia membuat khawatir beberapa anggota Brics, terutama Brasil dan India, yang tidak ingin organisasi itu berkembang pesat menjadi hanya pro-China dan anti-Barat.

Baca Juga: Geger Prabowo Ungkap Indonesia Sudah Dicengkeram Oligarki Tiongkok, Pejabat Bahkan Tokoh Agama Gampang Disogok

Rusia tengah berupaya menciptakan infrastruktur penyelesaian dan pembayaran yang akan melewati sistem pembayaran Swift yang berbasis di Belgia.

Prakarsa dedolarisasi mungkin merupakan proposal paling konkrit yang mungkin muncul dari pertemuan tersebut.

Pertemuan puncak tersebut telah dihadiri oleh sembilan anggota Brics, termasuk Perdana Menteri India, Narendra Modi, Perdana Menteri China, dan Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, secara resmi menyatakan keinginan Indonesia untuk bergabung dengan blok ekonomi BRICS sebagai bagian dari kebijakan luar negeri yang mengedepankan prinsip bebas aktif.

Baca Juga: Ini Dia 5 Keunggulan Infinix Hot 40 Pro yang Bikin Kamu Pengen Beli Sekarang Juga!

Pernyataan ini disampaikan oleh Sugiono dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus yang berlangsung di Kazan, Rusia, pada Kamis (24/10) waktu setempat.

Sugiono menegaskan bahwa bergabungnya Indonesia ke BRICS tidak berarti pihaknya memilih kubu tertentu, melainkan berpartisipasi aktif di semua forum internasional.

(Bergabungnya RI ke BRICS) bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum,” kata Sugiono, dalam keterangan resminya melalui Kemenlu RI, dikutip pada Jumat (25/10/2024).***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Keikei Utari

Sumber: Guardian, Antara

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X