Ketertinggalan ini dikhawatirkan menurunkan momentum global dan meningkatkan tekanan terhadap negara berkembang yang harus berjuang di tengah keterbatasan pendanaan.
4. Kebijakan Saat Ini Mengarah ke Pemanasan 2,8°C, Jauh dari Batas Aman
Jika dunia hanya mengandalkan kebijakan yang berlaku saat ini, pemanasan global diproyeksikan menyentuh 2,8°C pada akhir abad.
Implementasi NDC bersyarat dapat menurunkan proyeksi menjadi 2,3°C, dan janji nol emisi bersih, jika benar-benar terpenuhi, dapat memangkasnya lagi menjadi 1,9°C.
Namun, garis besarnya tidak berubah: dunia hampir pasti melampaui 1,5°C pada 2050 atau bahkan lebih cepat.
Implikasinya besar, terutama bagi negara pesisir dan wilayah tropis yang rawan bencana hidrometeorologis.
5. Target 1,5°C Tetap Penting Meski Peluang Mengecil
Meski peluang mempertahankan batas 1,5°C makin kecil, para ilmuwan menegaskan bahwa target ini tetap penting sebagai penanda bahaya.
Setiap kenaikan 0,1°C meningkatkan risiko gelombang panas, gagal panen, krisis air, dan kerusakan ekosistem yang tidak bisa dipulihkan.
Bagi negara seperti Indonesia, dampak ini sudah terasa dalam bentuk cuaca ekstrem, banjir bandang, hingga kenaikan permukaan laut yang mengancam kawasan pesisir.
Mitigasi cepat dan terukur menjadi pilihan satu-satunya untuk menurunkan risiko jangka panjang.
Satu dekade sejak Perjanjian Paris, dunia tampaknya masih berada di jalur yang salah.
Namun, kesempatan untuk memperbaiki keadaan belum sepenuhnya hilang, asalkan negara-negara besar berani mempercepat transisi energi dan memperketat regulasi emisi.
Indonesia memiliki peran strategis sebagai pemilik hutan tropis terbesar ketiga di dunia.