Sementara itu, bahan bakar fosil masih menjadi kontributor utama emisi, menandakan transisi energi global masih jauh dari harapan.
Uni Eropa mencatatkan penurunan emisi, menjadikannya satu-satunya di antara enam penghasil emisi terbesar yang berhasil melakukan itu.
Sebaliknya, Indonesia masuk jajaran negara dengan pertumbuhan emisi tercepat, sebuah alarm keras mengingat besarnya peran hutan Indonesia dalam mitigasi global.
2. Pembaruan NDC Masih Lambat: Baru 64 Pihak Mengajukan Dokumen Baru
Hingga September 2025, hanya 64 pihak yang telah menyerahkan NDC terbaru, mewakili 63% emisi global.
Baca Juga: Inovatif! Program SMILE Eco Bhinneka Bantu Warga Solo Selatan Naik Kelas Lewat Kemasan Daur Ulang
Laju ini dianggap terlalu lambat untuk mendorong dunia menuju target iklim yang aman.
Sebagian negara tertahan oleh dinamika politik, pendanaan transisi yang belum memadai, dan ketergantungan terhadap industri ekstraktif.
Konsistensi dan kualitas NDC juga menjadi sorotan.
Sejumlah pakar menilai komitmen tanpa roadmap implementasi hanya berpotensi menjadi janji tanpa dampak nyata.
3. Mayoritas Negara G20 Belum Berada di Jalur Menuju Net-Zero
Kelompok G20, penyumbang sekitar 80% emisi global, masih belum memiliki jalur jelas mencapai nol emisi bersih.
Baca Juga: Indonesia Disorot Dunia, Dapat 'Fossil of the Day' di COP30, Tanda Bahaya untuk Masa Depan Iklim?
Dari seluruh anggota, hanya tujuh negara yang diprediksi bisa memenuhi NDC tanpa syarat berdasarkan kebijakan yang kini sudah berjalan.
Sembilan negara lainnya dinilai berada “keluar jalur” atau bahkan tidak yakin mencapai target.