HUKAMANEWS - Satu dekade setelah Perjanjian Paris diadopsi sebagai tonggak komitmen global menghadapi perubahan iklim, realitas kini menunjukkan bahwa dunia justru bergerak semakin jauh dari target pembatasan suhu 1,5°C.
Laporan Emissions Gap Report 2025 terbaru dari UNEP memperingatkan bahwa ambang 1,5°C kemungkinan besar akan terlampaui dalam satu dekade ke depan, jauh lebih cepat dari prediksi ilmiah beberapa tahun lalu.
Kabar ini membuat banyak pihak mempertanyakan apakah janji-janji besar yang dibuat pada 2015 benar-benar berjalan, atau hanya tinggal wacana diplomatik tanpa implementasi nyata.
Lonjakan emisi yang kembali terjadi pada 2024 semakin menegaskan urgensi tersebut.
Baca Juga: GreenFaith Indonesia dan UIN Sumut Sepakat: Agama Harus Turun Tangan Hadapi Krisis Lingkungan
Di tengah dorongan percepatan transisi energi, sektor LULUCF justru mencatat lonjakan emisi terbesar, memperlebar jarak antara komitmen dan realisasi.
Indonesia, yang sebelumnya disebut-sebut punya potensi besar dalam pengurangan emisi, kini justru menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan emisi tercepat.
Situasi ini memunculkan satu pertanyaan besar: apakah dunia sedang kehilangan momentum menghadapi krisis iklim?
5 Fakta Penting Kondisi Iklim Global Terbaru
Berikut lima poin krusial dari laporan terbaru yang menggambarkan kondisi genting upaya iklim dunia.
Setiap poin diolah secara lebih mendalam dengan konteks dan insight tambahan untuk membangun pemahaman yang lebih utuh.
Baca Juga: Temurejo Bangkit Lewat Selai Buah Naga, Wirausaha Hijau dan Inklusi Tuli Jadi Sorotan
1. Emisi Global 2024 Naik ke 57,7 GtCO₂e — Sektor LULUCF Jadi Biang Lonjakan
Emisi gas rumah kaca global melonjak 2,3% pada 2024 dan mencapai rekor baru 57,7 GtCO₂e.
Yang mengejutkan, lebih dari separuh kenaikan berasal dari sektor LULUCF, terutama akibat deforestasi, degradasi lahan, dan kebakaran hebat yang banyak terjadi di wilayah tropis.