climate-justice

Muhammadiyah Dorong Dakwah Hijau lewat ToT Audit Energi

Selasa, 2 September 2025 | 06:00 WIB
irektur 1000 Cahaya, Hening Parlan, saat memberikan sambutan di acara ToT Audit Energi dan Penguatan Dakwah Ramah Lingkungan, Senin (19/8), di SM Tower Malioboro, Yogyakarta.

HUKAMANEWS 1000Cahaya - Krisis iklim kian terasa. Kebutuhan energi terus meningkat, sementara cadangan fosil menipis dan dampaknya pada lingkungan makin mengkhawatirkan. Menyadari tantangan itu, 1000 Cahaya Muhammadiyah bersama Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pembangunan (LPCRPM) PP Muhammadiyah menggelar Training of Trainers (ToT) Audit Energi dan Penguatan Dakwah Ramah Lingkungan, Senin (19/8/2025), di SM Tower Malioboro, Yogyakarta.

Acara tersebut menghadirkan lebih dari seratus peserta dari kalangan kader Muhammadiyah dan ’Aisyiyah yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Hadir pula Ketua PP Muhammadiyah Dahlan Rais, Sekretaris LPCRPM Isngadi Marwah Atmadja, serta Direktur 1000 Cahaya, Hening Parlan.

Pelatihan ini bukan sekadar forum berbagi pengetahuan teknis. Ia dirancang untuk membekali para kader dengan keterampilan memetakan konsumsi energi, melakukan audit di masjid, sekolah, hingga kantor Muhammadiyah, serta mengintegrasikan energi terbarukan ke dalam kehidupan organisasi. Dari forum ini diharapkan lahir para pelatih lokal yang siap menjadi pionir transisi energi dari akar rumput.

“Transisi energi adalah keniscayaan. Muhammadiyah harus jadi pelopor pengurangan dampak kerusakan lingkungan. Energi alternatif seperti tenaga surya bukan pilihan tambahan, tapi kebutuhan mendesak,” ujar Hening Parlan.

Nada optimisme juga disuarakan Gatot Supakat, Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah. Ia menegaskan bahwa gerakan ini bukan tandingan energi fosil, melainkan upaya melengkapi dan memperkuat strategi energi nasional.

“Sejuk bumiku, nyaman hidupku, aman masa depan anak cucu kita. Muhammadiyah hadir untuk memperkuat, bukan melemahkan, upaya bangsa menuju energi bersih,” katanya.

Keterhubungan antara energi, ekologi, dan kesadaran spiritual menjadi benang merah diskusi. Sekretaris LPCRPM, Isngadi Marwah Atmadja, menekankan bahwa transisi energi bukan hanya perkara efisiensi biaya, melainkan soal menjaga bumi dari kerusakan lebih parah.

Ia mengingatkan kembali pengalaman pandemi Covid-19, saat kualitas udara membaik karena aktivitas manusia berkurang drastis. Kontras dengan kondisi saat ini, polusi justru kian parah.

Bagi Muhammadiyah, isu lingkungan bukan semata teknis, melainkan panggilan moral dan religius.

“Kerusakan lingkungan adalah akibat ulah manusia. Allah sudah memberi tanda-tanda jelas. Tugas kita merangkul semua pihak untuk bergerak bersama menjaga bumi,” tegas Dahlan Rais dalam sambutannya.

Pandangan itu sekaligus menegaskan peran dakwah hijau yang kini diperkuat Muhammadiyah. Dakwah, yang biasanya dipahami sebatas penguatan akidah atau syiar ibadah, kini diperluas hingga ke ranah penyelamatan lingkungan. Dalam perspektif ini, hemat energi, mengurangi emisi, hingga memanfaatkan energi terbarukan, merupakan bagian dari ibadah menjaga amanah bumi.

Gerakan 1000 Cahaya Muhammadiyah menjadi motor utama dalam agenda ini. Fokus mereka adalah pencegahan krisis iklim, pengembangan energi terbarukan, dan penerapan efisiensi energi di ranting, sekolah, pesantren, serta masjid. Misinya jelas: menciptakan lingkungan bersih, sehat, dan mengarah pada target nol emisi.

Langkah tersebut menunjukkan bahwa transisi energi tak hanya menjadi isu elite di ruang rapat pemerintah atau forum internasional. Ia bisa dimulai dari masjid, sekolah, dan komunitas akar rumput. Dalam konteks ini, Muhammadiyah berupaya menghadirkan model dakwah ramah lingkungan yang konkret dan aplikatif.

Di tengah krisis iklim global, inisiatif seperti ini memberi secercah harapan. Ia mengajarkan bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari langkah kecil: mematikan lampu yang tidak terpakai, memasang panel surya di masjid, atau mengajarkan anak-anak tentang pentingnya merawat bumi. Dari Yogyakarta, Muhammadiyah menegaskan komitmennya untuk tidak tinggal diam menghadapi krisis iklim.

Jika konsistensi ini terus dijaga, bukan mustahil Muhammadiyah bukan hanya menjadi gerakan dakwah terbesar di Indonesia, tetapi juga pelopor transisi energi yang memberi inspirasi bagi bangsa dan dunia.***

Tags

Terkini

Banjir Sumatra dan Krisis Moral Ekologis Bangsa

Sabtu, 6 Desember 2025 | 22:05 WIB

Tragedi Sumatera, Ketika Kesucian Alam Dipertaruhkan

Kamis, 4 Desember 2025 | 14:07 WIB