HUKAMANEWS GreenFaith – Keputusan pemerintah untuk menghentikan operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara mulai tahun 2024 diperkirakan dapat mencegah hingga 182.000 kematian akibat polusi udara di Indonesia. Demikian analisis Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA) dalam siaran persnya, Rabu (26/11/2024).
Dampak polusi udara yang disebabkan oleh PLTU selama ini begitu besar, tidak hanya terhadap kesehatan manusia tetapi juga ekonomi. Menurut CREA, pemensiunan PLTU dapat menghemat biaya kesehatan hingga 130 miliar dolar AS.
Saat ini, PLTU bertanggung jawab atas 10.500 kematian per tahun, dengan beban ekonomi sebesar 7,4 miliar dolar AS. Ini menunjukkan bahwa transisi energi tidak hanya soal pengurangan emisi, tetapi juga menyangkut keberlanjutan hidup masyarakat dan penghematan ekonomi.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto berkomitmen untuk menghentikan operasional PLTU batubara dalam kurun waktu 15 tahun mendatang. Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Brasil, Prabowo menyatakan bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk memaksimalkan energi terbarukan (EBT), dengan target 75 gigawatt (GW) kapasitas EBT dalam periode yang sama.
Namun, Katherine Hasan, analis CREA, menilai target tersebut belum cukup ambisius untuk menggantikan seluruh PLTU yang akan dihentikan. Berdasarkan dokumen Kemitraan Transisi Energi Berkeadilan (JETP), diperlukan tambahan hingga 210 GW pembangkit listrik non-fosil pada 2040 untuk mencapai pangsa 80 persen energi terbarukan. Hal ini menuntut kepemimpinan kuat dan investasi besar untuk mewujudkan transformasi energi bersih yang masif.
Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang melimpah, mulai dari sinar matahari, panas bumi, hingga produksi biodiesel dari minyak sawit. Prabowo optimis bahwa sumber daya ini akan mendukung target net zero emissions sebelum 2050.
Namun, untuk mencapai ambisi tersebut, pemerintah harus mengatasi sejumlah hambatan, termasuk infrastruktur dan regulasi yang sering memperlambat pengembangan energi bersih berbiaya rendah.
Baca Juga: Krisis Iklim Tidak Hanya Menghancurkan Bumi, tetapi Juga Merusak Kesehatan Mental
Lauri Myllyvirta, analis utama CREA, menggarisbawahi pentingnya penyelarasan peta jalan investasi dengan dokumen JETP. Selain itu, pemerintah juga harus mempercepat penghapusan hambatan yang menghambat pengembangan energi bersih.
“Tambahan kapasitas energi terbarukan yang dibutuhkan sekitar 25 persen lebih banyak dari yang tercantum dalam JETP,” kata Lauri.
Dampak Positif Pemensiunan PLTU
Pemensiunan PLTU batubara tidak hanya mencegah kematian akibat polusi, tetapi juga memberikan manfaat besar bagi lingkungan dan ekonomi. Polusi udara yang menurun akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, sementara penghematan biaya kesehatan dapat dialihkan untuk mendukung pengembangan energi terbarukan.
Prabowo juga menyoroti peran Indonesia sebagai paru-paru dunia. Dengan cadangan hutan tropis yang luas dan kapasitas penyimpanan karbon terbesar, Indonesia memiliki posisi strategis untuk memimpin aksi global dalam mitigasi perubahan iklim.