Mungkin kita pernah mendengar istilah-istilah ini dari motivator modern, tapi, tahukah kamu? Konsep ini sebenarnya sudah lama ada dalam ajaran Ki Hajar Dewantara.
Dalam pidatonya, Putu menegaskan bahwa sumber daya manusia (SDM) adalah faktor penentu maju atau mundurnya sebuah bangsa.
"SDM yang berkualitas adalah mereka yang tidak hanya cerdas secara ilmiah, tetapi juga emosional dan spiritual," tegasnya.
Baca Juga: Siap Rilis! Samsung Galaxy Fold6 Special Edition, Pre-Order 18 Oktober, Dapatkan Kejutan Menariknya!
Ini adalah bentuk pendidikan yang lebih dalam dari sekadar nilai ujian atau ranking di sekolah.
Pendidikan yang holistik, yang memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki banyak dimensi, inilah yang dibutuhkan Indonesia ke depan.
Tidak hanya berhenti di kecerdasan emosional dan spiritual, Ki Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya budaya dalam pendidikan.
Menurut Putu, siswa harus diajarkan untuk memahami dan menghargai warisan budaya bangsa. Di era globalisasi ini, identitas budaya sering kali terlupakan.
Padahal, dengan memahami budaya, seseorang akan memiliki identitas yang kuat dan kebanggaan terhadap dirinya dan bangsanya.
"Ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai lokal," tambah Putu.
Bagaimana kita bisa berbicara tentang pendidikan tanpa melibatkan budaya?
Indonesia adalah negara dengan kekayaan budaya yang luar biasa, namun sering kali kita terlena dengan standar pendidikan barat yang menekankan pada kognitif, melupakan aspek-aspek budaya yang seharusnya menjadi kekuatan kita.
Baca Juga: Mobil Mewah dan Pelat Nomor Khusus, Anggota DPR Dapat Fasilitas yang Bikin Iri!
Pendidikan berbasis budaya ini dapat menjadi fondasi yang kuat untuk membangun karakter bangsa yang lebih baik di masa depan.