nasional

Ashab dan Tubagus, Alumnus UB yang Masuk Forbes Indonesia 30 Under 30

Sabtu, 9 Juli 2022 | 08:15 WIB
Ashab dan Tubagus masuk dalam 30 under 30 Forbes Indonesia setelah sukses mengembangkan start up Chickin Indonesia.

Kehadiran start-up tersebut bisa membantu para peternak untuk melakukan aktivitasnya. Seperti pengontrolan suhu kandang ayam secara manual, data harian, bahkan data penjualan.

“Awal kami riset dan development di daerah Klaten Jawa Tengah. Di sana kita jadi peternak, lalu membangun kandang dan mulai usaha ternak ayam sampai akhirnya ketemu banyak permasalahan yang dihadapi peternak lokal. Dari situ kita mencoba solve problem dengan menggunakan teknologi,” ujar Ashab, mengutip laman resmi Universitas Brawijaya.

Baca Juga: Belajar Bahasa: penggunaan kata Bergeming yang tepat

Lebih jauh dengan diterapkan teknologi IoT, platform yang mereka kelola juga mampu membantu berbagai kebutuhan seperti mengelola data kandang, mengatur berbagai aktivitas harian mulai dari pengontrolan suhu, memantau kondisi serta umur ayam, hingga memantau data penjualan.

Istimewanya melalui teknologi yang digunakan, produktivitas ayam yang dihasilkan oleh para peternak diketahui juga bisa meningkat hingga 25 persen lebih tinggi. Hal tersebut diakui oleh salah satu peternak bernama Yudi, yang sudah menggunakan platform Chickin dan menurutnya sangat membantu dalam pengelolaan serta manajemen pemeliharaan.

“Apabila dilakukan dengan SOP yang ketat, sistem pemeliharaan akan efisien untuk pakan, mortalitas bisa ditekan dengan cara pencegahan dan pengobatan yang presisi,” ujar Yudi.

Baca Juga: Inovasi Rompi Penurun Suhu untuk Atasi Heat Stroke Saat Musim Haji

Dari ide brilian itu, start-up Chick-in dibina langsung oleh Badan Inovasi dan Inkubator Wirausaha Universitas Brawijaya (BIIW). Baik untuk pengembangan usaha hingga pencarian pendanaan.

Selain menghadirkan platform pengelolaan ternak, Ashab, Tubagus, dan Syaifullah juga mengelola sistem pengelolaan dan distribusi ayam dari hulu ke hilir. Ini bertujuan agar ayam hasil produksi dari para peternak dapat terdistribusi dengan baik secara langsung ke sejumlah produsen, atau rumah makan yang ada di Indonesia.

Diunduh lebih dari seribu peternak

Saat ini, Chickin telah diunduh lebih dari seribu peternak ayam di Indonesia dengan target 10 juta ayam yang dipelihara tiap bulannya. Chick-in juga telah menjalin kemitraan dengan 14 rumah potong hewan dan 100 industri makanan penyuplai daging ayam.

Baca Juga: Komisaris Jenderal (Purn) Mohammad Jasin: Bapak Brimob, Penumpas Separatisme

Catatan besarnya lagi, pertumbuhan bisnis Chick-in mencapai 22 kali lipat dalam 10 bulan terakhir. Bahkan perusahaan rintisan yang telah mereka bangun diketahui berhasil memperoleh pendanaan sekitar Rp35 miliar dari 3 investor global, lewat pendanaan sesi seed round dalam waktu 10 bulan terakhir.

"Kami menargetkan peningkatan omset sebesar Rp 500 milyar di akhir tahun 2022 dengan 10 juta ekor ayam yang diberdayakan setiap bulannya," ucap Tubagus.

Berkat inovasi tersebut, tak salah bila start-up Chickin Indonesia lolos ke daftar Forbes 30 Under 30 Indonesia.

Halaman:

Tags

Terkini