nasional

Ashab dan Tubagus, Alumnus UB yang Masuk Forbes Indonesia 30 Under 30

Sabtu, 9 Juli 2022 | 08:15 WIB
Ashab dan Tubagus masuk dalam 30 under 30 Forbes Indonesia setelah sukses mengembangkan start up Chickin Indonesia.

Hukamanews.com - Nama Ashab Alkahfi, 22, dan Tubagus Syailendra,23, belakangan menjadi buah bibir karena prestasinya yang luar biasa. Dua pemuda alumnus Universitas Brawijaya ini terpilih masuk ke dalam daftar 30 under 30 Forbes Indonesia. 

Untuk diketahui, 30 under 30 Forbes Indonesia merupakan daftar anak muda yang berusia di bawah 30 tahun. Baik dari kalangan pengusaha, pemimpin, maupun pekerja seni yang berhasil membuat sebuah terobosan. 

Bukan tanpa alasan keduanya bisa masuk ke dalam daftar prestisius 30 under 30 Forbes Indonesia. Di usia yang masih terbilang belia, keduanya sukses mendirikan sebuah perusahaan rintisan (start-up) di bidang peternakan bernama Chickin Indonesia, dibantu oleh Ahmad Syaifullah, mahasiswa Sistem Informasi FILKOM Universitas Brawijaya untuk mengembangkan aplikasinya.

Baca Juga: Menikmati Camping Ground di Bunder Lab Bogor

Aplikasi Chickin Indonesia digunakan untuk memudahkan para peternak ayam di tanah air dalam melakukan operasional peternakan secara efisien namun di saat bersamaan juga memperoleh peningkatan produktivitas ternak.

Ashab yang merupakan alumnus program studi Agroekoteknologi Universitas Brawijaya duduk sebagai President di perusahaan rintisan tersebut. Sedangkan Tubagus adalah alumnus Hubungan Internasional dipercaya sebagai CEO. Adapun Ahmad Syaifullah ditunjuk sebagai Chief Technology Officer. Mereka lulus tahun 2020.

"Kami dipertemukan saat baru menempuh kuliah semester 1," tutur Tubagus dilansir dari sisibaik.id.

Baca Juga: Belajar Bahasa: Nominasi, Nominator, dan Nomine

Proses Panjang

Selama kuliah, mereka telah malang-melintang di dunia usaha. Seperti menciptakan beberapa bisnis, menjadi peternak unggas, berpartisipasi dalam kegiatan wirausaha, dan kompetisi bisnis.

"Terlihat sangat ambisius di usia kami saat itu, karena kami harus bekerja 18 jam/hari untuk menyeimbangkan kehidupan kuliah dan bisnis saat itu," ucap mahasiswa yang berhasil menyelesaikan kuliahnya 3,5 tahun.

Usai menjalankan usaha kecil-kecilan dan memenangkan berbagai kompetisi bisnis, mereka mengumpulkan modal untuk mendirikan usaha yang lebih serius. Yakni Chickin Indonesia, start-up di bidang peternakan.

Baca Juga: Menjelajah Desa Widosari, Nomine Desa Wisata Terbaik dalam ajang ADWI 2022

"Karena sejak kami menjadi peternak, kami telah melihat banyak sekali kendala dalam membudidayakan ayam dan industri perunggasan yang memiliki potensi besar untuk berkembang," jelas Tubagus.

Halaman:

Tags

Terkini