HUKAMANEWS - Penangkapan buronan narkotika internasional Dewi Astutik alias Kak Jinda menjadi sorotan besar publik karena berkaitan langsung dengan jaringan Golden Triangle dan sindikat Afrika.
Operasi senyap yang dilakukan BNN RI, Bais TNI, dan Kepolisian Kamboja di Sihanoukville membuka babak baru pemberantasan narkotika lintas negara.
Kasus ini juga memunculkan kembali urgensi perlindungan WNI dari sindikat perekrut kurir narkoba yang semakin agresif di Asia Tenggara.
Operasi Senyap di Sihanoukville: Kak Jinda Terkunci dalam Sedan Prius
BNN, Bais TNI, dan aparat Kamboja menelusuri pergerakan Dewi Astutik selama berhari-hari sebelum akhirnya menangkapnya pada Senin (1/12/2025) di Sihanoukville, lokasi yang dikenal sebagai pusat aktivitas kriminal transnasional.
Informasi intelijen menyebut Dewi bergerak menuju pesisir Kamboja, dan pemantauan diperketat hingga pukul 13.39 waktu setempat ketika target terdeteksi berada di dalam mobil Toyota Prius putih bernomor polisi 2BI 9815.
Kendaraan tersebut berhenti di lobi Hotel Novotel Sihanoukville.
Tim gabungan yang sebelumnya telah memetakan pola pergerakan Dewi langsung melakukan penyergapan tanpa perlawanan.
Operasi ini memperlihatkan koordinasi lintas negara yang semakin solid, terlebih sejak isu pergerakan narkotika di Asia Tenggara meningkat dalam dua tahun terakhir.
Baca Juga: Operasi Intelijen Senyap di Kamboja Berakhir dengan Penangkapan Tanpa Perlawanan
Jejak Identitas Ganda: Dari PMI hingga “Pengendali Bayangan”
Data kependudukan menunjukkan Dewi beralamat di Dusun Sumber Agung, Desa Balong, Ponorogo, Jawa Timur.
Warga mengenalnya dengan nama asli PA, bukan Dewi Astutik, menandai adanya penggunaan identitas berbeda sejak dirinya terlibat dalam jaringan internasional.
Kariernya sebagai pekerja migran di Hong Kong, Taiwan, hingga Kamboja menjadi titik krusial sebelum masuk ke lingkaran sindikat narkotika.