Tenjo Dipilih karena Ada Kerabat: Modus Pelaku Kian Terkuak
Penyidik menemukan fakta bahwa pelaku sempat bolak-balik ke Tenjo sebelum menentukan tempat pembuangan. Tenjo dipilih karena pelaku memiliki kerabat berinisial G di wilayah tersebut.
Yang lebih mencengangkan, pelaku mengajak G dengan alasan membuang bangkai anjing, bukan jasad manusia. Motif ini diduga dibuat untuk mencegah kecurigaan dan menutupi jejak kejahatannya.
Fakta ini memunculkan pertanyaan besar dari publik: apakah kerabat tersebut tidak menyadari gelagat mencurigakan pelaku, atau justru menyimpan informasi lain yang belum terungkap?
Identifikasi DNA Berlanjut: Harapan Keluarga untuk Kepastian
Pada 24 November 2025, ibu Alvaro, Arum, menjalani pengambilan sampel DNA di RS Polri Kramat Jati.
Proses ini menjadi langkah penting untuk memastikan apakah tulang panjang yang ditemukan di Tenjo benar milik putranya.
Keluarga berharap kepastian identitas dapat mengakhiri penantian panjang sejak hilangnya Alvaro berbulan-bulan lalu.
Di rumah duka, sang kakek, Tugimin, tampak tak kuasa menahan duka setiap kali mengingat cucunya.
Di media sosial, publik menyerukan pentingnya evaluasi sistem pengawasan kasus KDRT, termasuk perlunya pendidikan masyarakat tentang tanda-tanda kekerasan anak agar kejadian serupa tidak terulang.
Baca Juga: KPK Soal Rehabilitasi Eks Dirut ASDP: “Rehabilitasi Hak Presiden, Kami Tak Ikut Campur”
Kasus kematian Alvaro seharusnya menjadi alarm keras bagi pemerintah dan masyarakat bahwa lingkungan rumah tidak selalu menjadi tempat paling aman bagi anak.
Penegakan hukum harus berjalan transparan, termasuk mengusut seluruh pihak yang mungkin terlibat atau mengetahui kejadian ini.
Publik kini menantikan hasil identifikasi DNA dan tindak lanjut kepolisian untuk memastikan tidak ada informasi yang tertutup.