nasional

Tidar Tolak Rencana Budi Arie Gabung Gerindra: Partai Ini Dibangun dari Perjuangan, Bukan Oportunisme

Minggu, 9 November 2025 | 19:00 WIB
Rocky Candra menyampaikan penolakan Tidar terhadap rencana Budi Arie masuk Gerindra. (HukamaNews.com / Net)

HUKAMANEWS – Penolakan terhadap rencana Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi bergabung ke Partai Gerindra mencuat tajam di internal organisasi sayap muda Gerindra, Tunas Indonesia Raya (Tidar), yang menjadi keyword utama pembahasan politik hari ini.

Respons keras datang dari Sekretaris Jenderal PP Tidar, Rocky Candra, yang menilai rencana masuknya Budi Arie menimbulkan kegelisahan mendalam di antara kader muda Gerindra.

Situasi ini memperlihatkan ketegangan serius dalam dinamika internal partai, terutama menyangkut upaya menjaga idealisme Gerindra dari potensi infiltrasi politik yang dianggap berisiko.

Baca Juga: Langit Politik Tak Selalu Cerah! Rencana Budi Arie Gabung Gerindra Dapat Penolakan dari Kader Muda Tidar

Tidar Anggap Budi Arie Tidak Layak Masuk Gerindra

Pernyataan Rocky Candra menunjukkan bahwa reaksi penolakan terhadap Budi Arie bukan sekadar persoalan personal, melainkan isu jangka panjang terkait arah perjuangan Partai Gerindra.

Rocky menegaskan bahwa Gerindra bukan “tempat singgah politik” bagi individu yang datang pada saat peta kekuasaan sedang cerah.

Ia menyatakan bahwa banyak kader muda merasa perlu menjaga kemurnian identitas Gerindra yang dibangun dari proses panjang, bukan dari momentum atau kalkulasi politik jangka pendek.

Menurut Rocky, Tidar mewakili aspirasi kader di 38 provinsi dan 9 negara, yang kini solid menolak masuknya Budi Arie ke dalam Gerindra.

Baca Juga: Pemprov DKI Hapus Denda Pajak Kendaraan, Ini Cara Cepat Bayar Lewat Ponsel

Kekhawatiran Infiltrasi: “Banyak Partai Tumbang dari Dalam”

Rocky mengingatkan bahwa sejarah politik Indonesia sudah berulang kali menunjukkan bagaimana partai besar melemah bukan karena tekanan eksternal, melainkan karena infiltrasi internal.

Ia menyatakan bahwa Gerindra tak boleh mengulangi kesalahan serupa.

Menurutnya, upaya pencegahan sejak dini lebih penting ketimbang memperbaiki kerusakan setelah terjadi pergeseran ideologi dalam tubuh partai.

Peringatan ini sekaligus menjadi representasi kekhawatiran banyak partai politik di Indonesia hari ini, di mana penetrasi kelompok luar kerap memunculkan friksi internal dan keretakan jangka panjang.

Halaman:

Tags

Terkini