Angka ini menegaskan jurang antara proyeksi optimistis kebijakan makro dan kenyataan di lapangan, terutama bagi generasi muda atau Gen Z.
Meski Purbaya menargetkan pertumbuhan ekonomi nasional hingga 5,5 persen pada kuartal IV 2025, sebagian kalangan menilai tantangan terbesar justru terletak pada serapan tenaga kerja muda yang masih stagnan.
Ekonom: Pengangguran Muda Bertahan di Atas 15 Persen Selama Hampir Satu Dekade
Anggota Aliansi Ekonom Indonesia, Vivi Alatas, menilai tingkat pengangguran muda di Indonesia sudah terlalu lama bertahan di angka tinggi tanpa perubahan signifikan.
“Pengangguran usia 15 sampai 24 tahun, selama 2016 sampai dengan 2024 selalu di atas 15 persen,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (10/9/2025).
Baca Juga: Singgung ChatGPT dan YouTube, Presiden Prabowo: Zaman Saya Enggak Ada, Enak Sekali Kalian Ya
Vivi juga menyoroti bahwa lebih dari 25 persen anak muda Indonesia tidak produktif, mereka tidak bekerja, tidak sekolah, dan tidak mengikuti pelatihan.
Kondisi ini disebut sebagai ancaman terhadap bonus demografi serta memperlebar kesenjangan sosial di masa depan.
Menurut data Sakernas 2018–2024, sekitar 80 persen lapangan kerja baru di Indonesia masih berasal dari sektor rumah tangga dengan upah rendah dan tanpa jaminan sosial.
“Selama struktur pasar kerja kita masih didominasi pekerjaan informal berupah rendah, sulit berharap pengangguran muda turun secara cepat,” tambah Vivi.
Indonesia Masih Tertinggi di ASEAN
Berdasarkan data Trading Economics per Maret 2025, tingkat pengangguran Indonesia tercatat 4,76 persen, atau setara lebih dari 7 juta orang yang tidak memiliki pekerjaan.
Baca Juga: Pulau Kucing Jadi Krisis! Siprus Kewalahan, Populasi Kucing Liar Kini Lebih Banyak dari Manusianya
Meski sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya, angka tersebut tetap menjadi yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
Kondisi ini memperlihatkan bahwa janji pemulihan ekonomi belum sepenuhnya menjangkau generasi muda yang sedang berjuang mencari tempat di dunia kerja formal.