HUKAMANEWS – Siapa sangka, negeri yang selama ribuan tahun dikenal sebagai “pulau pecinta kucing” kini justru tengah kewalahan dengan hewan kesayangannya sendiri.
Di Siprus, jumlah kucing liar kini diperkirakan melampaui populasi manusia,menjadikan pulau kecil di Laut Mediterania itu berada di tengah krisis unik yang sulit dibayangkan.
Bagi wisatawan, kucing yang berkeliaran di jalanan Nicosia atau bersantai di reruntuhan kuno mungkin tampak menggemaskan.
Namun, bagi penduduk setempat, populasi kucing yang tak terkendali mulai memunculkan persoalan serius,dari gangguan lingkungan hingga kekhawatiran kesehatan masyarakat.
Baca Juga: Kucing Liar Pup Sembarangan di Halaman? Ini Cara Ampuh Mengatasinya
Masalahnya bukan muncul tiba-tiba. Selama bertahun-tahun, minimnya program sterilisasi, ditambah tingginya kepedulian warga yang memberi makan kucing jalanan, justru mempercepat laju reproduksi.
Akibatnya, kucing liar di Siprus berkembang biak lebih cepat dari kemampuan pemerintah mengendalikannya.
Kisah Pulau Pecinta Kucing yang Berubah Jadi Tantangan
Cinta Siprus terhadap kucing punya akar sejarah yang panjang.
Temuan arkeolog pada 2004 menunjukkan bahwa hubungan manusia dan kucing di pulau ini telah terjalin sejak 9.500 tahun lalu, menjadikannya salah satu tempat domestikasi kucing tertua di dunia.
Sejak saat itu, kucing menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan identitas masyarakat setempat.
Namun kini, romansa itu berubah jadi dilema. Menurut Presiden Asosiasi Dokter Hewan Siprus, Demetris Epaminondas, lonjakan populasi kucing liar disebabkan oleh minimnya sterilisasi dan meningkatnya angka kelangsungan hidup anak kucing berkat perawatan warga.
Baca Juga: Bukan Harta, Kucing Tak Berdosa Itupun Ikut Dijarah, Ini Bikin Uya Kuya Sedih
“Kucing liar tidak hanya menimbulkan kekhawatiran kesehatan dan keselamatan, tetapi juga mengancam ekosistem karena insting berburu mereka,” ujarnya.
Seekor kucing betina bisa melahirkan hingga tiga kali setahun, dengan empat hingga enam anak per kelahiran.