Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Polri sebelumnya mencatat bahwa kelompok ini beroperasi dengan pola gerilya dan memanfaatkan kondisi geografis Papua yang sulit dijangkau.
Di media sosial, dukungan dan doa mengalir untuk para korban penembakan di Nabire.
Tagar #DoaUntukNabire dan #PapuaDamai sempat muncul di platform X (Twitter), mencerminkan keprihatinan publik atas rentetan kekerasan di tanah Papua.
Warganet menyerukan agar penegakan hukum dilakukan dengan tegas, namun tetap mengedepankan pendekatan kemanusiaan dan dialog.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Ultimatum Pegawai Bea Cukai Nakal: Kalau Masih Bandel, Saya Pecat!
Pengamat keamanan dari Universitas Cenderawasih, Yonas Wonda, menilai bahwa pola konflik ini hanya akan mereda bila upaya keamanan disertai pembangunan sosial-ekonomi dan komunikasi yang inklusif.
“Masalah Papua bukan hanya soal keamanan, tapi juga keadilan sosial dan kepercayaan masyarakat terhadap negara,” ujarnya.
Kasus penembakan di Nabire menambah daftar panjang aksi kekerasan bersenjata yang mengancam stabilitas Papua Tengah.
Meski dua anggota Polri yang terluka kini dalam kondisi stabil, peristiwa ini menjadi pengingat bahwa keamanan di Papua masih perlu perhatian serius.
Kepolisian menegaskan akan terus mengejar pelaku penembakan dan memastikan situasi di Nabire kembali kondusif, sembari memberikan perlindungan maksimal bagi masyarakat sipil.***