Ambruknya Ponpes Al Khoziny menjadi alarm nasional bagi pemerintah dan masyarakat. Banyak pihak menilai, selama ini aspek keamanan fisik pesantren sering kali terabaikan karena fokus lebih besar tertuju pada kegiatan pendidikan dan dakwah.
Publik di media sosial pun ramai menyerukan agar pemerintah tidak hanya melakukan pendataan, tapi juga pengawasan ketat dan audit teknis terhadap seluruh bangunan pesantren.
“Santri bukan hanya generasi penerus bangsa, mereka juga manusia yang berhak atas keselamatan di tempat belajar,” tulis salah satu warganet di platform X (Twitter).
Di sisi lain, para ahli konstruksi menilai perlunya program sertifikasi bangunan keagamaan, agar pondok pesantren memiliki standar teknis minimal sesuai beban bangunan dan aktivitas penghuni.
Baca Juga: Jokowi Curhat ke Prabowo soal Gibran yang Terus Dibully: Setiap Hari Kena Serangan di Medsos
Tragedi ini mengajarkan bahwa iman dan keselamatan tak boleh dipertentangkan. Pendidikan agama memang pondasi moral bangsa, tetapi tanpa infrastruktur yang aman, pesantren justru bisa menjadi tempat bencana berikutnya.
Pemerintah diharapkan menjadikan momentum ini sebagai titik balik untuk reformasi perizinan bangunan pesantren dan memperkuat pengawasan konstruksi di seluruh Indonesia.
Dengan langkah nyata, bukan sekadar pendataan, nyawa santri dapat lebih terlindungi, dan tragedi seperti Ponpes Al Khoziny tak perlu terulang kembali.***