HUKAMANEWS – Insiden ambruknya bangunan musala setinggi tiga lantai di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025), menyisakan luka bagi keluarga, santri, dan masyarakat sekitar.
Peristiwa terjadi saat para santri sedang melaksanakan Salat Ashar. Musibah itu menelan korban jiwa, meninggalkan kepanikan, dan memunculkan doa panjang agar puluhan santri yang masih tertimbun segera ditemukan.
Hingga Kamis (2/10/2025), tim gabungan search and rescue (SAR) terus berupaya menembus celah sempit reruntuhan untuk menyelamatkan para santri. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menyebut sudah ada lima korban berhasil dievakuasi dalam kondisi hidup.
“Sebanyak lima orang berhasil dievakuasi dalam kondisi masih hidup,” ujar Abdul Muhari dalam keterangan pers di Sidoarjo.
Data sementara di posko gabungan menyebutkan ada 66 santri yang diduga belum ditemukan. Informasi ini beredar luas di media sosial, meski pihak Ponpes Al Khoziny belum memastikan sepenuhnya.
Direktur Operasi Pencarian dan Pertolongan Basarnas, Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo, menegaskan data tersebut masih harus diverifikasi.
“Data itu bersumber dari absensi internal pondok maupun laporan keluarga, tapi kami masih memastikan kebenarannya,” ujarnya.
Sehari sebelumnya, tim SAR berhasil menyelamatkan lima santri, salah satunya dalam kondisi kritis, serta menemukan dua santri meninggal dunia. Jumlah korban meninggal akibat runtuhnya bangunan kini bertambah menjadi lima orang.
Jeritan Santri dari Balik Reruntuhan
Kisah dramatis tersaji dalam operasi penyelamatan. Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya, Laksita Rini Sevriani, mengungkap bagaimana tim SAR menggunakan kamera khusus dan live detector untuk mendeteksi tanda kehidupan.
“Situasinya sangat sulit. Tapi dengan alat tersebut, tim bisa mendengar jeritan santri dan memberi semangat agar mereka tetap bertahan,” ujar Laksita Rini, Kamis (2/10/2025).
Salah satu santri, Haikal, menjadi simbol harapan. Tubuhnya terjepit bordes bangunan, membuat proses penyelamatan berlangsung berjam-jam. Dengan kesabaran dan upaya penuh risiko, Haikal akhirnya bisa dievakuasi dalam kondisi hidup, meski kini harus dirawat intensif.
Upaya penyelamatan bukan tanpa bahaya. Gempa susulan pada Selasa malam (30/9/2025) membuat reruntuhan bangunan kembali bergerak, menimbulkan ancaman bagi petugas dan korban yang masih terjebak.