nasional

Paparan Debu Partikel Bikin ISPA di Kota Semarang Tak Mau Turun

Kamis, 26 Juni 2025 | 19:34 WIB
"Pelajari dampak polusi udara terhadap kesehatan fisik dan mental serta cara sederhana untuk menguranginya. Yuk, hidup sehat!" (Instagram @GreenFaith / HukamaNews.com)

HUKAMANEWS – Polusi udara yang buruk telah mendorong angka kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang terjadi di Kota Semarang, terbilang tinggi. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, M. Abdul Hakam, menunjukkan adanya tren peningkatan kasus ISPA hingga pertengahan 2025 ini.

“ISPA, angkanya belum turun karena berbagai faktor, terutama polusi udara dan perilaku hidup masyarakat yang belum ideal,” ujarnya, Kamis, 26 Juni 2025, di Semarang.

Dinkes Kota Semarang mencatat bahwa sepanjang tahun 2024, Kota Semarang mencatat lebih dari 421 ribu kasus ISPA. Sementara hingga pertengahan 2025, jumlah kasus telah mencapai 154.883, dengan rata-rata mingguan mencapai 5.000 hingga 8.000 kasus.

Baca Juga: Layani 10 Juta Penumpang, Whoosh Ikut Sumbang Pengurangan Jejak Emisi Karbon

“Minggu ke-24 kemarin misalnya, kita mencatat lebih dari 8.000 kasus ISPA. Ini menunjukkan bahwa penularan masih sangat tinggi dan perlu penanganan lintas sektor,” terang Hakam.

Peningkatan ISPA tidak bisa dilepaskan dari kondisi lingkungan. Paparan debu dan polusi udara, terutama partikel halus PM2,5 dari kendaraan bermotor dan pembakaran terbuka, disebut sebagai pemicu utama.

“Kita belum bisa sepenuhnya mengendalikan pencemaran udara di kota ini. Udara kotor terus terhirup warga, terutama anak-anak, dan itu membuat mereka rentan terkena ISPA,” imbuhnya.

Baca Juga: Bos PT Pintu Kemana Saja Diperiksa KPK, Didalami Aliran Dana Korupsi Akuisisi PT JN oleh ASDP

Menurut Hakam, ada beberapa wilayah di Semarang tercatat paling banyak menyumbang kasus ISPA antara lain, Kalisegoro, Polaman, kemudian sebagian besar di wilayah Kecamatan Ngaliyan seperti Randugarut, Karanganyar, Gondoriyo, Wates dan lain-lainnya.

Bukan hanya polusi, Hakam juga menyoroti masih rendahnya praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di masyarakat.

Ia menegaskan bahwa penggunaan masker, kebiasaan mencuci tangan, dan menjaga kebersihan lingkungan harus menjadi bagian dari keseharian masyarakat.

Baca Juga: Sosok Pengkhianat Reza Pahlavi, Putra Shah Terakhir Iran yang Condong Bela Netanyahu, Rayu Militer Iran untuk Gulingkan Rezim

“Kalau masyarakat belum terbiasa pakai masker saat beraktivitas di luar atau belum rajin mencuci tangan, maka penularan penyakit akan terus terjadi. Perubahan perilaku itu harus jadi gerakan bersama,” tandasnya.***

 

Halaman:

Tags

Terkini