HUKAMANEWS - Langkah tak biasa diambil Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan menyambangi Kejaksaan Agung pada Jumat, 20 Juni 2025.
Kunjungan ini bukan tanpa alasan, melainkan buntut dari pernyataan seorang pengacara yang kini menjadi tersangka, Marcella Santoso.
Dalam video permintaan maaf yang diputar Kejagung pada Selasa lalu, Marcella menyinggung soal konten bernuansa negatif yang menyerempet isu sensitif, termasuk rancangan undang-undang (RUU) TNI dan gerakan “Indonesia Gelap”.
Hal tersebut langsung memicu respons TNI, yang merasa institusinya turut terseret dalam pusaran konten yang disebut-sebut dibuat untuk mengganggu proses hukum yang tengah berjalan.
Kapuspen TNI Mayjen Kristomei Sianturi hadir langsung di Gedung Kartika Kejaksaan Agung untuk memastikan sejauh mana keterlibatan Marcella dan pihak lain dalam penyebaran narasi yang dianggap menyerang lembaga negara.
“Kami juga datang ke sini menyikapi pernyataan dari tersangka Marcella Santoso,” ujar Kristomei di lokasi, menegaskan sikap TNI yang tidak tinggal diam.
Kristomei mempertanyakan motif Marcella dalam mengarahkan pembuatan konten negatif, apalagi menyangkut RUU TNI yang sejatinya tidak ada kaitannya dengan perkara yang sedang disidangkan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Ia juga mengaku heran, karena Marcella yang seorang advokat dinilai tak memiliki kompetensi khusus dalam produksi konten digital.
Menurut Kristomei, justru ada indikasi pihak-pihak lain yang lebih kompeten turut bermain, termasuk sejumlah buzzer dan tokoh yang punya akses untuk menyebarkan narasi di media sosial.
Bahkan, pihak TNI turut menelusuri adanya aliran dana dalam jumlah besar yang digunakan untuk mendanai produksi konten tersebut.
Baca Juga: Kepergian Mengejutkan Hengki Kawilarang, Ini Ungkapan Ivan Gunawan yang Bikin Publik Ikut Terenyuh
“Lebih lanjut adanya aliran dana kepada buzzer, kemudian kepada LSM tertentu, kepada yayasan, dan orang-orang tertentu,” kata Kristomei.
Jumlah dana yang disebut tidak sedikit: sekitar Rp 500 juta dan 2 juta dolar AS. Meski belum diungkap kepada siapa uang itu mengalir, indikasi ini menambah rumit dugaan skema di balik konten negatif yang sempat viral.
TNI juga ingin mengetahui siapa saja aktor intelektual di balik konten yang meresahkan publik ini.