HUKAMANEWS - Presiden Prabowo Subianto dikabarkan tengah menyiapkan langkah besar dalam menentukan calon Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) pengganti Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Langkah ini menjadi sorotan publik karena Presiden Prabowo diyakini tidak ingin menunjuk figur yang berasal dari lingkaran kekuasaan Kapolri saat ini.
Alih-alih memilih sosok yang sudah berpangkat bintang tiga, Prabowo disebut-sebut sedang melirik jenderal bintang dua yang tidak punya kedekatan personal dengan Jenderal Listyo.
Pendekatan ini dinilai sebagai sinyal kuat bahwa Prabowo ingin membawa perubahan di tubuh Polri, terutama dalam upaya membersihkan institusi dari jejak masa lalu yang penuh kontroversi.
Di tengah banyaknya spekulasi, nama Irjen Rudi Darmoko mulai mencuat sebagai salah satu kandidat potensial yang masuk radar Istana.
Langkah Prabowo dalam memilih calon Kapolri ini juga disebut sebagai bagian dari pembenahan citra dan reposisi kekuasaan di tubuh Polri, menyusul sorotan tajam selama era pemerintahan sebelumnya.
Menurut pengamat politik dan militer dari Universitas Nasional, Selamat Ginting, saat ini beredar sejumlah nama calon Kapolri, terutama dari kalangan jenderal bintang tiga yang memiliki nama depan huruf "R".
Beberapa di antaranya adalah Komjen R. Z. Panca Putra Simanjuntak (lulusan Akpol 1990), Komjen Rudi Heriyanto Adi Nugroho (lulusan Secapa 1993), dan Komjen Raden Prabowo Argo Yuwono (lulusan Akpol 1991).
Namun demikian, Selamat menilai Prabowo kemungkinan besar tidak akan memilih dari nama-nama tersebut karena dianggap terlalu dekat dengan Jenderal Listyo Sigit.
Sinyal itu memperkuat asumsi bahwa figur yang bakal dipilih berasal dari kalangan jenderal bintang dua atau Irjen yang kini menjabat sebagai Kapolda.
Salah satu nama yang disebut berpotensi besar adalah Irjen Rudi Darmoko, Kapolda Nusa Tenggara Timur, yang merupakan lulusan terbaik Akpol 1993.
Rudi Darmoko dikenal memiliki rekam jejak karier yang cukup unik.
Meski meraih predikat Adhi Makayasa saat lulus dari Akpol, kariernya sempat melambat dan kurang mendapat sorotan selama kepemimpinan Jenderal Listyo Sigit.