Warga Bustaman lainnya, Robi, tampak sedang mengumpulkan kulit, daging, otak, telinga, cingur atau hidung, lidah dan dua bola mata. Seluruh bagian jeroan kepala sapi itu lalu dikemas dalam satu kantong besar sebelum diserahkan kepada pelanggan setianya.
“Kalau dari bagian kepala yang diambil itu ya semua lembar kulitnya, daging, otak, cingur lidah dan mata. Kalau sudah bersih semua, beratnya jadi 5-10 kg,” kata Robi.
Tak kurang lima potong kepala sapi sudah Robi kupas sampai bersih pada siang ini. Mulai dari menguliti, mencacah tulang-tulang, sampai memotong daging pada bagian kepala hewan berkaki empat tersebut.
Robi mewarisi ilmu menguliti kepala sapi dari buyutnya. Pada zaman dulu, kakek buyutnya mulai mengenalkan teknik mengupas kepala sapi agar bisa menjadi penghasilan tambahan setiap momen Iduladha.
“Jadi saya dari sekolah SMP sudah ikut ngerok kulit. Terus lama-lama belajar ngerebus. Sampai sekarang bisa ngupas semuanya,” kenangnya yang kini menginjak usia 34 tahun.
Sementara itu, seorang warga Banyumanik, Ari, mengaku sudah langganan mengupas kepala kambing ke Bustaman sejak belasan tahun. Keluarga besarnya sudah amat percaya dengan keterampilan warga Bustaman.
“Pasti kalau idul kurban saya kemari. Soalnya sudah percaya sama mbak-mbaknya yang nguliti kepala kambing. Tinggal di antar kesini, sejam dua jam bisa diambil dibawa pulang,” kata Ari.***