Ia juga menegaskan pentingnya membangun komunikasi yang terbuka di antara pelaku seni.
Dengan komunikasi yang baik, kesalahpahaman dapat dicegah dan solusi bisa ditemukan tanpa harus menyeret nama baik ke ranah pengadilan.
“Harus ada komunitas yang harmonis, bukan permusuhan. Seniman itu satu keluarga, bukan lawan,” ucap Rhoma.
Apa yang disampaikan Rhoma Irama menyoroti aspek penting dalam industri musik yang kerap terabaikan, yaitu hubungan antarpelaku seni yang seharusnya saling mendukung, bukan saling menjatuhkan.
Di tengah kompleksitas sistem royalti dan pengelolaan hak cipta, pendekatan kemanusiaan dan musyawarah menjadi solusi yang tidak hanya efisien, tetapi juga menjunjung nilai-nilai seni itu sendiri.
Konflik soal royalti memang bukan hal baru dalam dunia hiburan.
Namun ketika polemik ini semakin sering berujung pada tindakan hukum, pertanyaan besar muncul: apakah sistem pengelolaan royalti kita sudah adil dan transparan?
Atau justru perlu pembenahan agar tidak menimbulkan friksi antar pelaku seni?
Pesan Rhoma Irama menjadi pengingat bahwa seni bukan hanya soal karya, tetapi juga soal hubungan antarmanusia.
Dengan komunikasi yang sehat dan semangat kekeluargaan, konflik seperti ini seharusnya bisa dicegah sebelum membesar.
Royalti memang hak, tapi penyelesaiannya tidak harus selalu lewat pengadilan.
Musisi dan pencipta lagu sejatinya bisa duduk bersama, membicarakan solusi dengan kepala dingin dan hati terbuka.
Itulah harapan besar Rhoma Irama untuk industri musik yang lebih bersatu, damai, dan saling menghargai.***