Sementara itu, saham BBRI mencatat pembelian bersih senilai Rp 56,5 miliar, dan BBNI sebesar Rp 40,4 miliar.
Tak hanya sektor perbankan, saham teknologi seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) juga ikut diincar.
GOTO diborong investor dengan net buy sebesar Rp 136,4 miliar, meskipun harganya sempat mentok auto reject bawah (ARB) setelah anjlok 14,46%.
Saham TLKM yang turun 10,37% pun turut mencatat net buy senilai Rp 46,2 miliar.
Fenomena ini menjadi sinyal kuat bahwa sebagian investor memiliki keyakinan bahwa penurunan ini bersifat sementara.
Aksi beli di tengah pasar jatuh bisa mencerminkan strategi jangka panjang dari investor institusional yang melihat valuasi saham sudah berada di level menarik.
Dengan kata lain, ketika banyak pihak memilih wait and see, investor berani justru memanfaatkan momen "diskon besar-besaran" ini.
Namun tentu saja, langkah ini bukan tanpa risiko.
Kamu yang ingin mengikuti strategi serupa perlu benar-benar memahami profil risiko dan tujuan investasimu.
Baca Juga: Perang Tarif Baru Akan Dimulai, Tekstil Dalam Negeri Sudah Terjadi Penurunan Pesanan
Perlu juga dicatat bahwa gejolak pasar seperti ini bisa menjadi ujian mental bagi investor ritel, apalagi jika belum terbiasa menghadapi fluktuasi tajam.
Sisi menarik lainnya, fenomena ini memperlihatkan bagaimana psikologi pasar bekerja.
Ketika indeks ambruk, bukan berarti kepercayaan terhadap emiten langsung hilang total.
Sebaliknya, ada keyakinan bahwa fundamental perusahaan tetap kokoh, dan kondisi pasar akan pulih dalam jangka menengah atau panjang.