HUKAMANEWS - Di tengah guncangan pasar yang cukup mengkhawatirkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan luar biasa hingga harus dihentikan sementara pagi tadi.
Sesi I perdagangan pada 8 April 2025 mencatat penurunan IHSG hingga 7,71%, membuat level indeks terdampar di angka 6.008,47.
Menariknya, meskipun situasi pasar terlihat mencekam, sejumlah investor justru memanfaatkan momentum ini untuk melakukan aksi borong saham, terutama pada emiten-emiten berkapitalisasi besar.
Fenomena ini menunjukkan bahwa tidak semua investor panik saat indeks jatuh—ada juga yang melihat peluang emas di tengah badai.
Baca Juga: IHSG Langsung Ambles 9 Persen Setelah Libur Lebaran, Ini Dampaknya Buat Kantong Rakyat Biasa
Pertanyaannya, kenapa saham yang lagi anjlok malah diburu?
Apa sebenarnya yang membuat para investor tetap percaya pada saham-saham tertentu meski IHSG sedang berdarah-darah?
IHSG sempat terkena _trading halt_ selama 30 menit, tepatnya mulai pukul 09.00 sampai 09.30 WIB, karena indeks merosot lebih dari 8% dalam waktu singkat.
Secara keseluruhan, sebanyak 672 saham ditutup di zona merah, hanya 23 saham yang berhasil menguat, sementara 93 saham lainnya stagnan.
Indeks LQ45 yang berisi saham-saham unggulan—juga tak luput dari tekanan, ambles 8,51% pada sesi I.
Saham perbankan papan atas seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terkoreksi 7,35%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) minus 7,90%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 8,27%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) jatuh 4,72%.
Meski terlihat mengkhawatirkan, data transaksi justru menunjukkan aksi akumulasi besar-besaran di saham-saham tersebut.
Berdasarkan pantauan dari aplikasi Stockbit Sekuritas, investor memborong saham BBCA dengan nilai net buy mencapai Rp 585,8 miliar.
Saham BMRI juga tak luput dari serokan investor dengan net buy sebesar Rp 165,8 miliar.