nasional

Operasi Modifikasi Cuaca Dilakukan Diatas Langit Jakarta, BMKG Butuh Kerjasama Semua Pihak

Kamis, 6 Maret 2025 | 22:10 WIB
Kepala BMKG, Dwikorita saat menjelaskan operasi teknologi modifikasi cuaca di wilayah DKI Jakarta, Kamis (6/3) (Elizabeth Widowati )

HUKAMANEWS - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana hidrometeorologi didasarkan pada data dan analisis atmosfer yang akurat.

BMKG, sebagai institusi yang bertanggung jawab dalam kebijakan dan pelaksanaan modifikasi cuaca, bekerja sama dengan BNPB dalam pelaksanaan OMC. Dalam operasi ini, BMKG tidak hanya menyediakan data cuaca, tetapi juga merancang strategi operasi, menentukan lokasi penyemaian, serta memantau kondisi atmosfer secara real-time untuk memastikan efektivitas intervensi cuaca. 

BMKG menurunkan tim dengan kekuatan penuh yang bekerja selama 24 jam guna mendukung kelancaran operasi ini.

Baca Juga: Honor Magic7 Mini, Smartphone Mini dengan Fitur Flagship, Saingan Kuat Xiaomi dan Vivo?

“Operasi Modifikasi Cuaca bukan sekadar menyemai garam ke langit, tetapi memerlukan pemodelan atmosfer yang tepat agar intervensi yang dilakukan benar-benar efektif. BMKG memastikan bahwa setiap rekomendasi yang diberikan berbasis pada data meteorologi terbaru dan perhitungan ilmiah yang terukur,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, di Jakarta, Kamis, 6 Maret 2025.

Dwikorita menjelaskan bahwa dalam OMC, BMKG berperan dalam menentukan kapan dan di mana pesawat harus terbang, bahan apa yang digunakan, serta memastikan setiap tindakan berbasis pada analisis atmosfer terkini. Hal ini untuk memastikan bahwa penyemaian dilakukan pada waktu dan lokasi yang paling optimal, sehingga potensi hujan dapat dikendalikan secara efektif. 

Dwikorita menambahkan bahwa tanpa perhitungan yang akurat, penyemaian bisa menjadi tidak efektif atau bahkan kontraproduktif.

Baca Juga: Bukti Pembunuhan Gamma Diserahkan Kejaksaan, Sidang Siap Digelar Terbuka

“Setiap intervensi dalam OMC harus berbasis pada data yang presisi. Jika tidak, upaya ini bisa sia-sia atau justru memperburuk kondisi cuaca di wilayah lain. Itulah mengapa BMKG menurunkan tim khusus yang bekerja selama 24 jam untuk memastikan setiap langkah dalam operasi ini didasarkan pada analisis ilmiah yang mendalam,” tegas Dwikorita.

Sementara itu, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, mengungkapkan bahwa OMC telah dilakukan sejak 5 Maret dan direncanakan berlangsung hingga 8 Maret 2025 atau menyesuaikan dengan update prediksi cuaca terbaru. 

Operasi ini berfokus pada pengurangan curah hujan di daerah tangkapan air Sungai Ciliwung dan Cisadane, mulai dari Bogor sebagai hulu hingga Jakarta dan Bekasi sebagai hilir.

Baca Juga: Xiaomi Redmi K80 Laris Manis! Terjual 3,6 Juta Unit dalam 100 Hari, Apa Rahasia Kesuksesannya?

“Awan-awan yang berpotensi membawa hujan deras dihujankan lebih awal di atas laut sebelum mencapai daratan. Sementara itu, awan yang berkembang di daratan disemai agar pertumbuhannya terganggu sehingga curah hujannya berkurang,” jelas Tri Handoko Seto.

Menurut Seto, pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa OMC mampu mengurangi curah hujan sebesar 30-60% pada awan hujan yang cukup masif. Dengan demikian, diharapkan risiko banjir di wilayah terdampak dapat ditekan.

Halaman:

Tags

Terkini